Rabu 09 Sep 2015 12:26 WIB

Meninjau Kembali Keberagaman Agama

Red: M Akbar
Keberagaman Agama (Ilustrasi)
Foto:

Dalam hubungan antaragama menarik juga kita perhatikan kembali ayat Al Quran surat Al Baqoroh: 62  “Sesungguhnya orang-orang mu'min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.

Mengomentari ayat ini Hamka Allahu yarham dalam Magnum Opus-nya Tafsir Al Azhar Juz I (Pustaka Panjimas) mengatakan:“Kesan pertama yang dibawa oleh ayat ini ialah perdamaian dan hidup berdampingan secara damai di antara pemeluk sekalian agama dalam dunia ini.

Janganlah hanya semata-mata mengaku Islam, Yahudi atau Nasrani atau Shabi'in, pengakuan yang hanya di lidah dan karena keturunan. Lalu marah kepada orang kalau dituduh kafir, padahal Iman kepada Allah dan Hari Akhirat tidak dipupuk, dan amal shalih yang berfaedah tidak dikerjakan.

Berbeda dengan kalangan liberal yang menyitir ayat ini sebagai dalil pluralisme agama yang mengatakan bahwa semua agama adalah sama. Hamka justru mengatakan ayat ini membawa pesan damai diantara pemeluk agama. Sebuah dalil yang mengisyaratkan harmonisasi kerukunan hidup umat beragama.

Ayat ini menekankan iman tak cukup sekedar dikatakan tapi juga dibuktikan dengan amal shalih yang nyata. Ketika seseorang menyatakan dirinya sebagai Yahudi maka imanilah Musa as dan Kitab Tauratnya lalu beramal sesuai dengan tuntunannya. Ketika seseorang menyatakan diri sebagai Nashroni maka imanilah Isa as dan Kitab Injilnya. Maka hendaklah setiap orang yang mengaku beriman untuk membuktikan keimanannya dengan beramal shalih.

Selanjutnya Hamka mengatakan: “Apabila orang telah berkumpul dalam suasana iman, dengan sendirinya sengketa akan hilang dan kebenaran akan dapat dicapai. Yang menimbulkan cemas dan takut di dalam dunia ini ialah apabila pengakuan hanya dalam mulut, aku mukmin, aku Yahudi, aku Nasrani, aku Shabi'in, tetapi tidak pernah diamalkan.

Maka terjadilah perkelahian karena agama telah menjadi golongan, bukan lagi dakwah kebenaran. Yang betul hanya aku saja, orang lain salah belaka. Orang tadinya mengharap agama akan membawa ketentraman bagi jiwa, namun kenyataannya hanyalah membawa onar dan peperangan, kerena masing-masing pemeluk agama itu tidak ada yang beramal dengan amalan yang baik, hanya amal mau menang sendiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement