Selasa 08 Sep 2015 11:23 WIB

Penyakit Herpes Akibatkan Banyak Kematian Gajah Sumatra

Rep: C97/ Red: Erik Purnama Putra
  Sejumlah warga melihat Gajah Sumatera di Taman Marga Satwa Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (25/12). (Republika/Raisan Al Farisi)
Sejumlah warga melihat Gajah Sumatera di Taman Marga Satwa Ragunan, Jakarta Selatan, Kamis (25/12). (Republika/Raisan Al Farisi)

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN – Diperkirakan kehidupan 1.724 ekor gajah yang masih tersisa di Sumatra semakin terancam. Karena 85 persen, hidup di luar habitatnya. Hal tersebut disebabkan alih fungsi lahan yang memotong jalur-jalur penting migrasi gajah. Sehingga terjadi pengkotak-kotakkan populasi.

Selain itu perburuan gajah di wilayah Aceh, Riau, Bengkulu dan Lampung masih berlangsung. Termasuk konflik gajah dan manusia yang terus terjadi di Sumatera. Padahal di sisi lain, gajah juga menghadapi ancaman penyakit Elephant Endotheliotropic Herpes Virus (EEHV) yang menyebabkan kematian anak gajah dalam jumlah besar.

Demikian isu yang dikemukakan dalam workshop 'Penanganan Medis dan Pengendalian Gajah' di Fakultas Kedokteran Hewan UGM akhir pekan lalu. Peserta yang hadir adalah dokter hewan, pawang gajah (mahout) dan pengelola kebun binatang dari berbagai kota, seperti Sumatra, Jakarta, Solo, Surabaya, Yogyakarta dan Bali.

Pemerhati gajah dari Veterinary Society for Sumatran Wildlife Conservation (VESSWIC), drh. Muhammad Wahyu mengatakan, kelestarian gajah di Lembaga Konservasi (LK) maupun di alam liar makin terancam. Semua terjadi akibat hilangnya habitat, konflik perburuan oleh manusia, serta bahya penularan penyakit EEHV.

Menurut wahyu kasus EEHV banyak ditemukan di Aras Napal dan Tangkahan Sumatera Utara, serta di Way Kambas Lampung. Gajah yang terkena penyakit ini menunjukkan adanya gejala berupa kelemahan umum yang diikuti dengan wajah bengkak dengan lidah membiru. Di sumatera penyakit ini menyebabkan banyak anak gajah yang mati.

“Selama tiga tahun kasus EEHV diketahui muncul di Sumatra Utara dan Lampung,” katanya. Wahyu

menjelaskan, dalam beberapa literatur virus EEHV memang menjangkiti populasi gajah asia. Penyakit tersebut bersifat fatal pada gajah muda, tua, dan gajah yang imunitasnya menurun.

Literatur lain menyebutkan, EEHV merupakan virus baru pada gajah asia akibat cross infection dari gajah afrika yang dipelihara bersama. Guna mengatasi ancaman EEHV, diperlukan tindakan medik yang lebih efektif dengan melibatkan penelitian dari perguruan tinggi di bidang sain veteriner.

“Termasuk bidang ilmu lain seperti genetika untuk mendukung kelestarian gajah,” tuturnya. Tidak hanya itu, kata Wahyu, sinergi antara dokter hewan dan mahout  dinilainya cukup efektif dalam menangani masalah kesehatan gajah.

Terutama untuk menjalin informasi mengenai metode penanganan gajah, penyakit gajah, penanganan penyakit, dan kebijakan terkait dengan kelestarian gajah.

Sementara itu, pawang gajah senior, Nazarudin mengatakan, ada metode khusus dalam penggunaan perintah-perintah untuk mengendalikan gajah jinak maupun gajah liar. “Diperlukan kompetensi khusus bagi mahout dalam menangani gajah dengan baik,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement