Jumat 04 Sep 2015 22:48 WIB

Nelayan Cilacap Masuki Panen Ikan

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Djibril Muhammad
Nelayan
Foto: Eric Ireng/Antara
Nelayan

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Musim kemarau panjang berlangsung tahun ini, telah menyebabkan para petani dibayangi masa pacelik hingga akhir tahun ini.  Namun tidak demikian bagi kehidupan nelayan. Saat ini, nelayan yang mencari ikan di wilayah perairan Laut Selatan justru mulai memasuki musim panen.

"Sudah sejak dua pekan terakhir, ikan melimpang di Laut Selatan. Ikan apa saja ada. Mulai dari ikan tuna, tongkol hingga cakalang," jelas Sanpo, juragan kapal di Kabupaten Cilacap, Jumat (4/9).

Juragan yang memiliki beberapa unit kapal dengan bobot di atas 30 gross ton tersebut menyebutkan, sekali melaut dengan waktu menangkap ikan selama sebulan di tengah laut, setiap kapal bisa mendapatkan ikan dengan jumlah cukup banyak. Seperti ikan Tuna bisa mendapat sampai 4-5 ton, tongkol 3 ton, dan 1 ton cakalang.

Yang lebih menguntungkan lagi, nelayan yang mengoperasikan kapalnya tidak perlu mencari ikan terlalu jauh. "Sebelumnya, kapal-kapal kami harus mencari ikan hingga mendekati perairan Pulau Christmas. Itu pun seringkali hanya dapat ikan Tuna paling banyak 2 ton per kapal, sehingga malah sering merugi. Namun saat ini, hanya disekitar perairan tidak terlalu jauh dari pantai Selatan, sudah dapat banyak," jelasnya.

Dia menduga, melimpahnya ikan di laut selatan dalam musim panen ini, antara lain disebabkan kebijakan Menteri Kelautan Susi Pujiastuti yang memperketat pengawasan kapal asing ilegal beroperasi di perairan Indonesia. "Untuk itu, kami semua berterima kasih pada Menteri Susi," jelasnya.

Yang lebih membahagiakan lagi, kata Sanpo, harga ikan saat in cukup tinggi. Terlebih untuk pasar ekspor. Seperti ikan tuna dan cakalang, eksportir bersedia menampung berapa pun ikan hasil tangkapan nelayan dengan harga bagus.

Seperti ikan tuna dan Cakalang, pihak eskportir yang membuka kantor di Cilacap, bersedia membeli dengan harga Rp 80 ribu hingga Rp 85 ribu per kg.

"Mungkin harga yang tinggi ini akibat pengaruh melemahnya rupiah terhadap dolar AS. Sebelumnya, ikan tuna atau cakalang hasil tangkapan kami paling tinggi hanya dihargai Rp 50ribu-Rp 60 ribu per kg. Tapi sekarang bisa mencapai Rp 85 ribu per kg," katanya.

Dia menyebutkan, dengan melimpahkan ikan saat ini, cukup banyak nelayan membeli kapal compreng yang harganya Rp 300-Rp 350 jutaan untuk ikut menangkap ikan. Dengan kapal jenis ini, nelayan bisa melaut selama 15 jam.

Melimpahnya ikan hasil panen nelayan di Laut Selatan ini, juga diakui Ketua HNSI Kebumen, Saman. Dia menyebutkan, berbagai jenis ikan saat ini memang banyak ditangkap nelayan yang mencari ikan di wilayah perairan Laut Selatan. "Selain ikan tuna dan tongkol, juga ikan tengiri," jelasnya.

Dia menyebutkan, dalam musim panen sekarang, setiap kapal kecil yang beroperasi selama 6 jam di laut sejak pagi hingga menjelang petang, bisa mendapat ikan tengiri sebanyak 20 kg.

"Sebenarnya, kalau ombak tidak tinggi, ikan yang berhasil ditangkap bisa lebih dari itu. Tapi ombak sering tinggi, sedangkan kapal nelayan kami kebanyakan hanya kapal kecil. Karena itu, waktu menangkap ikan juga tidak maksimal," jelasnya.

Mengenai harga, Saman menyebutkan, harga ikan tengiri di tingkat eksportir saat ini mencapai Rp 55 ribu per kg di TPI. Harga yang cukup tinggi ini disebabkan nilai rupiah melemah. "Sebelumnya, ikan tengiri hanya dihargai Rp 30 ribu. Karean itu, panen ikan saat ini benar-benar menjadi berkah bagi nelayan di Laut Selatan," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement