Kamis 03 Sep 2015 22:30 WIB

Kopti: 100 Perajin Tempe Temanggung Setop Berproduksi

 Pekerja membuat tahu dan tempe di Perumahan Industri Kecil (PIK) Primkopti Sentra Tahu dan Tempe Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (8/8). Hasil pembuatan tahu dan tempe di jual ke beberapa pasar di wilayah Jakarta dan Tangerang.
Foto: Republika/Yasin Habibi
Pekerja membuat tahu dan tempe di Perumahan Industri Kecil (PIK) Primkopti Sentra Tahu dan Tempe Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, Jumat (8/8). Hasil pembuatan tahu dan tempe di jual ke beberapa pasar di wilayah Jakarta dan Tangerang.

REPUBLIKA.CO.ID, TEMANGGUNG -- Sekitar 100 perajin tempe anggota Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, berhenti berproduksi menyusul kenaikan harga kedelai impor akhir-akhir ini.

Ketua Kopti Temanggung Sunaryo, di Temanggung, Kamis, mengatakan industri tahu dan tempe tergantung pada kedelai impor dari Amerika Serikat, dengan melemahnya nilai rupiah terhadap Dolar AS maka harga kedelai juga naik.

"Lebih dari 100 anggota Kopti Temanggung yang kebanyakan perajin tempe sudah tidak berproduksi lagi. Bagaimana usaha bisa jalan, kami membeli kedelai dengan harga standar dolar, tetapi hasil produksi dijual dengan rupiah yang melemah, tentu kami mengalami kerugian," katanya.

Ia menuturkan sebelum kurs satu Dolar AS tembus Rp 14.000, pihaknya membeli kedelai dengan harga Rp8.000 per kilogram, padahal saat ini harga kedelai terus mengalami kenaikan.

Ia mengatakan pada kondisi normal usaha pembuatan tempe miliknya membutuhkan kedelai sebanyak satu kuintal per hari. "Sekarang saya berhenti memproduksi tempe, menunggu harga kedelai turun," katanya.

Ia mengakui memang ada beberapa perajin tempe yang masih berproduksi, namun mereka tidak mengambil kedelai dari Kopti karena Kopti tidak lagi melakukan pengadaan kedelai.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement