REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat politik, Lely Arianie menilai sinyal akan bergabungnya Partai Amanat Nasional (PAN) ke pemerintah sudah terlihat dari sejak kongres partai tersebut digelar. Menurutnya, keputusan serupa yang dilakukan PAN telah lebih dulu terlihat pada PPP dan Golkar.
"Itu bukan hanya terjadi pada PAN. Tetapi PPP dan Golkar. Bahkan nantinya yang kalah itu akan ditinggal sendirian. Coba ambil cerita seperti PDIP dimasa lalu yang ditinggal sendirian menjadi partai oposisi kan," katanya saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (3/9).
Kalau PAN pada akhirnya berkoalisi dengan dengan pemerintah itu sudah nampak sejak kongres partai tersebut. Selain itu, gejala PAN mulai merapat kepemerintah tampak, ketika kongres PAN bagaimana kedekatan antara Ketua Umum PAN dengan Presiden Joko Widodo.
Lely menjelaskan, jika suatu parpol tidak bisa mencapai suatu kekuasaan pada plan a di parlemen. Maka, akan ada opsi plan b dan plan c. Hal itu akan terjadi tergantung pada kondisi koalisi untuk mendapat posisi lainnya. Jika masih bisa mendapatkannya, PAN akan bertahan pada koalisinya di KMP.
Tetapi jika PAN terlihat tidak lagi bisa bertahan dalam KMP karena tidak mungkin mendapatkan posisi itu, maka rencana itu yang akan diambil, seperti sekarang ini.
"Dalam politik sah-sah saja, karena dalam politik itu sendiri adalah bagaimana merebut dan mempertahankan kekuasaan,"ujar Ketua Program Pascasarjana Universitas Bengkulu itu.
Lely menambahkan, KIH saat ini nampak harmonis tidak seperti KMP. Sebab, KIH punya kepentingan untuk membagi-bagikan kekuasaan di pemerintah.
"Tapi percayalah di dalam politik tidak ada koalisi yang permanen. Sebab parpol tergantung ke arah mata angin kekuasaan itu berada," katanya.