REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Slamet, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mencatat korban tewas diduga akibat menenggak minuman keras oplosan bertambah menjadi enam orang.
Data yang dihimpun dari Instalasi Gawat Darurat RSUD Garut, Kamis menyebutkan, keenam warga yang meninggal dunia setelah menenggak minuman keras oplosan yakni Syamsul (24) warga Kecamatan Cilawu, Heri (20), remaja inisial Ad (17), MR (15), kemudian Yana (39), dan Cecep (28) warga Garut Kota yang meninggal Kamis (3/9) dini hari.
"Cecep kemudian meninggal pada pukul 00.50 WIB," kata Petugas Medis IGD RSUD Slamet Garut Asep Roni Irianto. Ia mengatakan, sampai Rabu (2/9) tengah malam ada dua orang korban minuman oplosan dibawa ke IGD dengan kondisi sudah cukup parah.
Jumlah pasien korban minuman keras oplosan yang masih menjalani perawatan sebanyak 13 orang, tiga di antaranya dirawat di IGD dan sisanya di ruang rawat inap.
Menurut Asep, korban saat awal masuk IGD dalam kondisi cukup kritis dengan mengeluhkan sakit kepala dan mual, bahkan ada yang tidak sadarkan diri. "Mereka mendapatkan penanganan medis seperi dilakukan kuras lambung untuk mengeluarkan racun," katanya.
Sebelumnya, Kepala Seksi Pengamatan Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Ade Rohimat mengatakan, berdasarkan laporan para korban itu menenggak minuman keras oplosan di dua tempat berbeda, Sabtu (29/8).
Pihaknya mendapat informasi bahwa minuman oplosan tersebut diracik sendiri oleh korban dari minuman energi dicampur dengan alkohol 70 persen. Kasus akibat minuman keras di Garut merupakan kejadian yang kesekian kalinya dan menyebabkan korban jiwa.
Menanggapi kasus tersebut, Wakil Bupati Garut Helmy Budiman mengaku sulit untuk mencegah agar kasus minuman keras oplosan tersebut tidak terulang kembali. "Harus bagaimana lagi ya, karena yang mereka racik juga dijual secara bebas," katanya.