Selasa 01 Sep 2015 17:48 WIB

Taman Nasional Komodo Belum Punya Ahli Komodo

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Ilham
Dua Komodo bergulat di Pulau Komodo
Foto: Mirror
Dua Komodo bergulat di Pulau Komodo

REPUBLIKA.CO.ID, MANGGARAI BARAT -- Sejak ditetapkan sebagai New Seven Wonders atau 7 Keajaiban Dunia Baru pada 2012, Taman Nasional Komodo menjadi perhatian publik dunia. Turis dari berbagai negara pun berdatangan ke taman nasional yang berada di Kecamatan Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT), tersebut.

Mengamati kehidupan komodo di alam liar memiliki daya tarik tersendiri bagi para turis mancanegara. Sejumlah informasi dari berbagai literatur tentang hewan purbakala tersebut pun disiapkan pihak Taman Nasional Komodo untuk memenuhi rasa penasaran para turis.

Penduduk lokal diberdayakan untuk menjadi ranger alias pemandu bagi para wisatawan. Mereka dilatih agar bisa memberikan penjelasan secara ilmiah tentang komodo saat memandu turis.

Tiap ranger dapat memberi penjelasan mengapa hewan purba itu bisa bertahan sampai sekarang, seberapa cepat lari komodo dan mengapa kadal raksasa tersebut kerap menjulur-julurkan lidah.

Namun, suatu ketika, ranger tak mampu menjawab pertanyaan turis. "Ada turis datang dari Finlandia, seorang dokter, dia tanya berapa kali komodo bernapas dalam satu menit," tutur Kepala Taman Nasional Komodo, Helmi, saat menemani Republika menjelajah Pulau Komodo.

Ranger sempat gelagapan karena tak memiliki jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Karena ranger tak boleh memberikan jawaban asal, maka pada turis Finlandia itu, dia mengatakan bahwa Taman Nasional Komodo belum pernah melakukan penelitian tentang hal tersebut.

"Di Indonesia ini memang belum ada doktor komodo," kata Helmi. Dia sendiri merupakan sarjana Fakultas Kehutanan dengan bidang disiplin ilmu satwa liar dari Institut Pertanian Bogor.

Menurutnya, karena komodo sudah menjadi muatan dunia, harusnya riset tentang binatang yang mampu berlari dengan kecepatan 18 kilometer per jam tersebut diperbanyak. "Kalau orang meyakini komodo ini saudaranya dinosaurus, kan harus ada faktanya. Ini yang perlu digali," kata Helmi.

Taman Nasional Komodo sebenarnya sudah melakukan riset internal tentang komodo. Misalnya, melakukan penelitian terhadap 4 ribu sampel kotoran komodo. Dari sampel tersebut peneliti menemukan fakta bahwa enam persen makanan yang dikonsumsi komodo adalah komodo sendiri. Adapun makanan utama yang dikonsumsi hewan buas tersebut adalah rusa dan babi hutan.

Namun demikian, Helmi menilai riset yang ada belum terlalu mendalam. Masih banyak hal tentang komodo yang belum digali. Misalnya penelitian tentang populasi komodo yang sesungguhnya. Sebab, selama ini Taman Nasional Komodo hanya mampu melakukan sensus di 10 titik dari empat pulau besar di mana komodo berada.

Dari sensus itu didapat data ada 5.971 ekor komodo di Taman Nasional. Namun demikian, Helmi mengatakan bahwa jumlah itu hanya estimasi yang mendekati keadaan sebenarnya. Selain itu, ditemukan fakta pula bahwa komodo jantan memiliki penis ganda, yang panjang dan yang pendek. Namun, hanya penis panjang yang dapat mengeluarkan sperma.

"Penis pendeknya masih perlu penelitian lebih dalam lagi untuk mengetahui apa fungsinya," ucap Helmy.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement