Sabtu 29 Aug 2015 03:04 WIB

Pengungsi Rohingya Berharap Kehidupan Lebih Baik

Rep: Gita Amanda/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Pengungsi Rohingya menangis usai salat Idul Fitri di penampungan sementara Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Jumat (17/7).  (Antara/Rahmad)
Pengungsi Rohingya menangis usai salat Idul Fitri di penampungan sementara Desa Blang Ado, Kecamatan Kuta Makmur, Aceh Utara, Jumat (17/7). (Antara/Rahmad)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi para pengungsi Rohingya kian memprihatikan. Mereka berharap bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik ke depannya.

Dalam kunjungannya ke kantor Republika, Jumat (28/8), Koordinator Koalisi Masyarakat Peduli Rohingya Adnin Armas mengatakan kondisi para pengungsi Rohingya kian memprihatikan. Mereka hidup dalam segala keterbatasan. Menginjak bulan keenam berada di Indonesia para pengungsi berharap ke depannya mereka bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

"Di mana pun, di Myanmar atau negara lain mereka berharap kehidupan yang lebih baik. Karena selama ini mereka tidak bisa berbuat apa-apa, di dalam negeri mereka terkekang dan tak bisa menjalani kehidupan normal sehingga mengungsi dengan harapan mendapat kehidupan yang lebih baik," ungkap Adnin.

Adnin berharap, pemerintah Indonesia dapat memberikan dorongan ke pemerintah Myanmar untuk mengatasi masalah Rohingya. Kesadaran masyarakat khususnya masyarakat Muslim, akan kondisi Rohingya, pun menurutnya perlu ditingkatkan.

Adnin bersama organisasinya juga telah mengeluarkan petisi online terkait isu Rohingya. Namun menurutnya sangat disayangkan sebab antusiasme untuk penandatangan petisi ini masih minim.

Petisi berisi antara lain, mendesak pemerintah Indonesia mengubah kebijakannya kepada Myanmar. Kedua mereka meminta Indonesia harus menghentikan kerjasama ekonomi dengan Myanmar.

"Kalau dengan Israel yang negara besar bisa menghentikan hubungan kenapa tidak dengan Myanmar yang negara kecil," katanya.

Ketiga menurut Adnin, mereka juga akan menegur ASEAN terkait kasus ini. Terakhir mendesak pemerintah untuk memasukan sejumlah tokoh Myanmar yang bertanggung jawab dengan masalah Rohingya ke dalam daftar hitam.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement