REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Kekeringan yang terjadi beberapa bulan terakhir kembali memunculkan fakta baru terkait ketersediaan air, khususnya air tanah yang ada di Kota Makassar.
Ketersediaan stok air tanah di Kota Makassar saat ini berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan akibat adanya pengambilan air tanah secara berlebihan. Hal ini menyebabkan terjadinya intrusi air laut yang sudah masuk sampai ke wilayah kota.
Sekretaris Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulsel Syamsul Bahri mengatakan, pada 2002 lalu pihaknya melakukan penelitian mengenai Intrusi ini.
Hasilnya, dalam 15 tahun ke depan Sulawesi Selatan akan krisis air tanah karena terjadi penurunan sumber air sedalam tiga meter per 10 tahun. Namun saat ini penurunan kedalam air justru lebih besar dari. Kecepatan air dari Camba yang merupakan sumber air tanah ke Kota Makassar hanya 12 meter per tahun.
"Di Makassar dampaknya sudah ada yang terintrusi air asin. Misalnya di sekitar Panakkukang, sepanjang jalan Jenderal Sudirman, Biringkanaya di sekitar KIMA, dan di sekitar wilayah Karebosi itu airnya sudah asin. Ini tanda ada pengambilan air yang berlebihan," kata Syamsul, Rabu (26/8).
Syamsul menjelaskan, saat ini pemerintah kota Makassar harus memiliki peraturan dalam pengambilan air tanah, salah satunya dengan membatasi jumlah pengambilan.
Secara umum, untuk Kota Makassar tiap satu sumur bor hanya boleh mengambil air 1 liter per detik. Tapi, pengambilannya saat ini jauh melebihi angka tersebut. Mengambil pun perlu dibatasi cara. Bangunan hotel tidak boleh ambil di lapisan tengah, tapi harus di lapisan paling bawah. Ini agar air tanah bisa berkelanjutan.
Menurut Syamsul, pengawasan untuk hotel harus dilakukan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 12 tahun 2008. Tetapi ada masa izin yang diberikan ke Kabupaten sehingga pengawasan terhenti.
Program pembuatan biopori harus ditingkatkan di setiap elemen masyarakat, sedangkan bangunan besar seperti hotel dan perusahaaan baiknya meningkatkan kualitas dan kualitas.
Bagi perusahaan yang telah memiliki biopori harus naik jadi sumur resapan, dan jika anggarannya mencukupi, bisa dikembangkan lagi menjadi sumur bor resapan. "Kondisi air tanah harus menjadi perhatian semua pihak. Apalagi, jika air tanah sudah tercemar oleh air asin, maka akan jauh lebih sulit pengendaliannya," katanya.
Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel Asmar Exward menuturkan, dalam mencegah intrusi air asin di kota ini butuh tindakan nyata. Hal yang bisa dilakukan, salah satunya adalah dengan menjaga ruang terbuka hijau (RTH) tetap lestari. Selain itu, daerah resapan serta alih fungsi lahan juga perlu menjadi perhatian.
"Intinya bagaimana menjaga kawasan yang memang patut dilindungi. Jika semua dijadikan lahan pemukiman, ancaman berubahnya air tanah menjadi asin akan semakin tinggi," ujarnya.