REPUBLIKA.CO.ID, KARANGANYAR -- Masih seputar gonjang-ganjing harga daging ayam. Pedagang pasar tradisional di Kabupaten Karanganyar, Jateng, hingga kini masih mengeluhkan dampak melonjaknya harga komoditas daging ayam potong.
Dampak selanjutnya, mahalnya harga daging ayam potong menyebabkan permintaan barang otomatis merosot tajam. ''Sekarang pelanggan mengurangi volume pembelian daging ayam, atau beralih ke komoditas lain,'' kata Suparmi (56), pedagang daging di Pasar Jungke, Kabupaten Karanganyar, Selasa (25/8).
Pedagang belakangan dibikin pusing dengan fluktuasi harga daging. Awalnya, permintaan akan daging ayam potong melonjak. Ini akibat dari harga daging sapi melonjak. Pelanggan daging sapi berbondong-bondong beralih mengkunsumsi daging ayam.
Dampak dari permintaan daging ayam melonjak, kata Suparmi, otomatis harganya melonjak drastis. ''Kalau permintaan tambah, sementara stok terbatas, jelas harga bakal naik. Terlebih suplai barang kian menipis. Jelas harga bakal terus naik,'' tambah Suharni (58), pedagang daging Pasar Harjosari, Kabupaten Karanganyar.
Kini, konsumen sekarang jarang yang beli daging ayam. Kalaupun ada, pasti membeli dalam volume sedikit. Ini semua akibat mahalnya daging ayam potong.
menghadapi gonjang-ganjing seperti ini, pedagang sekarang hanya mengandalkan langganan dari pengusaha rumah makan dan warung. Namun, hal itu tidak bisa jadi jaminan, karena sebagian besar rumah makan maupun warung juga mengurangi volume pembelian.
''Andalan kami saat ini hanya rumah makan dan penjual warungan. Itupun jumlahnya relatif kecil''.
Seperti diketahui, tingginya harga itu sudah dirasakan pedagang sejak beberapa pekan terakhir ini. Menurut pedagang, harga daging ayam yang biasanya hanya Rp 25 ribu-Rp 28 ribu, kini naik menjadi Rp 33 ribu-Rp 35 ribu per-kilogram.
Dalam kondisi seperti ini, pedagang memprediksi bakal banyak konsumen tidak jadi beli. Kalau terus-terusan begini, lanjut Suharno (57), pedagang daging di Pasar Jaten, Karangnyar, ''kami bakal rugi terus''.
Dampak dari sepinya pembeli, pedagang tidak kurang akal. Sebagian dari mereka harus menjual daging kepada peternak hewan buas pemakan daging. Seperti, makanan buaya, anjing, atau hewan-hewan pemakan daging lain. Jika tidak seperti itu, maka bisa dipastikan daging tidak laku. Dan, akhirnya busuk dan tidak terjual. ''Daripada busuk tak laku dijual, mending dijual untuk pakan hewan''.
Ia berharap, peternak menurunkan harga daging ayam. Soalnya, standar harga daging ayam yang menentukan peternak. Sedang pedagang hanya mengikuti harga yang sebelumnya telah ditentukan.
Jika harga kulakan tinggi, maka secara otomatis harga di tingkat pedagang akan tinggi. Begitupula, sebaliknya. Prinsipnya, jika peternak menurunkan harga, otomatis juga akan menurunkan harga jual.