REPUBLIKA.CO.ID, BANDARLAMPUNG -- Sejumlah pedagang beras di Bandarlampung dan Mesuji, Provinsi Lampung menyebutkan harga beras cenderung naik sehubungan musim kemarau masih melanda daerah itu, sementara volume penjualan kebutuhan pokok tersebut justru turun.
"Harga beras naik, namun penjualan adem-adem saja. Volume penjualan beras turun belakangan ini," kata Nyonya Rodjie, salah satu pedagang beras di Pasar Tugu Bandarlampung, Selasa (25/8).
Ia menyebutkan harga beras kualitas asalan kini berkisar Rp 8.400 sampai Rp 9 ribu per kilogram (kg), kualitas sedang berkisar Rp 9.500 hingga Rp 10 ribu per kg, dan beras premium di atas Rp 12 per kg. "Stok beras banyak, yang beli yang sedikit. Mungkin nanti di awal bulan akan banyak yang membeli beras," katanya.
Dia menyebutkan, saat ini mampu menjual beras sekitar satu ton dalam sehari, padahal sebelumnya ia bisa menjual di atas itu. Para pedagang lainnya memperkirakan harga beras masih akan naik karena musim kemarau diprediksi akan berlangsung lama.
Harga beras juga naik di Kabupaten Mesuji Lampung. Para pedagang setempat menyebutkan kenaikan harga beras itu sebagai imbas gagal panen akibat kemarau. "Harga beras naik sekitar Rp 1.000 per kilogramnya," kata Dadang Heri (50), pedagang beras di Pasar Tanjung Raya Kabupaten Mesuji.
Ia menyebutkan harga beras IR 64 yang asalnya dijual Rp 8 ribu per kg, kini menjadi Rp 9 ribu per kg, beras sadane yang awalnya Rp 8 ribu per kg, naik menjadi Rp 9 ribu per kg; beras pandan Rp 10 ribu per kg, kini naik menjadi Rp 11 ribu per kg.
Pedagang lainnya, Sri (37), menyebutkan kenaikan harga beras terjadi hampir dua minggu terakhir, karena pasokan yang berkurang. "Kurangnya pasokan kemungkinan karena musim kemarau panjang sehingga di berbagai daerah gagal panen," katanya.
Menurut pedagang beras lainnya, Supri, jumlah pembeli beras makin sepi sejak harganya naik. "Pembeli makin sepi. Pembeli juga mengeluh dengan kenaikan ini, namun kita tidak bisa berbuat apa-apa," katanya.