REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kapolri Jenderal (Pol) Badrodin Haiti mengatakan satu personel polisi tertembak saat dilakukan upaya penangkapan terhadap gerombolan bersenjata di Poso.
"Ya masih dibawa turun (dari lokasi kontak senjata)," kata Kapolri usai bertemu Presiden Joko Widodo di Kompleks Istana Presiden Jakarta, Kamis (20/8).
Kapolri mengatakan selain anggota Polri, ada pula kelompok yang tewas dalam pengejaran tersebut.
"Jadi ada satu yang meninggal memang di sana (anggota kelompok), tertembak, kemudian satu (lagi) memang anggota kita tertembak mudah-mudahan bisa tertolong," kata Kapolri.
Pengejaran, kata Badrodin, sudah dilakukan sejak beberapa waktu lalu dan pada Rabu (19/8) dilakukan penambahan pasukan.
"Masih di atas (anggota kepolisian), tadi malam kita tambah pasukan," tuturnya.
Kapolri mengatakan pihaknya melakukan pengejaran terhadap kelompok terduga teroris yang dipimpin oleh Santoso.
Sebelumnya, Mabes Polri menambahkan pasukan dari satuan Brimob untuk diterjunkan ke Poso, Sulawesi Tengah, pascabaku tembak antara polisi dengan kelompok sipil bersenjata yang diduga teroris di daerah itu dalam dua hari terakhir.
Sebanyak 146 pasukan dari Brimob Kelapa Dua Polri tersebut, sudah tiba di Bandara Mutiara Palu, Kamis dengan menggunakan pesawat penumpang reguler.
Setibanya di Kota Palu, pasukan elite Polri tersebut langsung diberangkatkan ke Poso melalui darat. Mereka diangkut menggunakan enam bus milik Polda Sulawesi Tengah.
Kapolda Sulawesi Tengah Brigjen Pol Idham Aziz di Kota Palu, mengatakan penambahan pasukan itu untuk memburu kelompok terduga teroris Santoso pascakontak senjata dengan polisi sejak 17 Agustus 2015 di Gunung Langka Kecamatan Poso Pesisir Utara.
Kontak senjata tersebut menewaskan pihak sipil bersenjata bernama Mado. Mado tertembak saat penyergapan di Gunung Auma dan Gunung Langka.
Idham Aziz mengatakan kepolisian dari Polda Sulawesi Tengah juga sudah memblokade pintu masuk dan keluar Poso mengantisipasi keluarnya kelompok Santoso dari wilayah tersebut.