Rabu 19 Aug 2015 14:53 WIB

Harga Ayam Melambung, Pengusaha Katering Mulai Kesulitan

Rep: C01/ Red: Ilham
Pedagang daging ayam menunggu pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senen (18/8).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Pedagang daging ayam menunggu pembeli di Pasar Senen, Jakarta, Senen (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Para penguhasa katering di Kota Bandung mengaku alami kesulitan dengan adanya kenaikan drastis harga daging ayam yang mencapai Rp 40 ribu per kilogram. Para pengusaha katering berharap agar pemerintah membuat kebijakan yang dapat menjaga kestabilan harga bahan pangan.

"Kami berharap (pemerintah) dapat membuat kebijakan yang tepat untuk menstabilkan harga dan pasokan barang (bahan baku) di pasar," ujar Ketua DPC Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) Kota Bandung, Imas Yuhana saat ditemui di Trans Luxury Hotel pada Rabu (19/8).

Imas yang juga pengusaha katering mengakui gejolak harga bahan baku, seperti daging ayam yang saat ini mencapai Rp 40 ribu per kilogram sangat mempengaruhi usahanya. Di tengah fluktuasi harga bahan baku, Imas mengaku tetap menjaga kualitas rasa dan tampilan makanan kateringnya. Akan tetapi, tingginya kenaikan harga daging ayam berpengaruh pada keuntungan yang didapat.

Kelangkaan bahan pangan daging akhir-akhir ini sangat mempengaruhi roda bisnis para pengusaha katering. Untuk menyiasatinya, para pengusaha katering harus memasok stok bahan pangan yang sedang langka sebelum para pedagang mogok.

Imas berharap pemerintah dapat segera menemukan jalan keluar untuk menjaga kestabilan harga dan pasokan bahan pangan. Imas juga mengapresiasi tindakan pemerintah yang menggelar operasi pasar saat para pedagang daging sapi melakukan aksi mogok. "(operasi pasar) itu, bisa diantisipasi dengan kebijakan-kebijakan tersebut," tambah Imas.

Wakil Ketua DPC APJI Kota Bandung, Derry Setiadi, juga mengaku kenaikan harga pangan yang drastis kerap membuat pengusaha katering dalam posisi terjepit. Sejauh ini, Derry mengaku belum menghitung pasti besaran penurunan keuntungan yang ia alami. "Mungkin sekitar 5 sampai 10 persen dari profit," ujar Derry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement