Selasa 18 Aug 2015 18:53 WIB

Di Papua, Pilot Merangkap Ground Crew

Rep: Eric Iskandarsjah Z/ Red: Karta Raharja Ucu
Kru pesawat CN 212 TNI Angkatan Laut mengecek kondisi  pesawat yang disiagakan untuk mengevakuasi korban kecelakaan pesawat Trigana Air PK-YRN di crisis center kompleks Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (18/8).
Foto: Antara/Andika Wahyu
Kru pesawat CN 212 TNI Angkatan Laut mengecek kondisi pesawat yang disiagakan untuk mengevakuasi korban kecelakaan pesawat Trigana Air PK-YRN di crisis center kompleks Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, Selasa (18/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhatian Pemerintah terhadap Papua hingga kini memang masih minim. Hal ini juga terlihat dari kondisi penerbangan di ujung timur Indonesia itu.

Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Charles Simaremare mengatakan, saat ini kondisi infrastruktur penerbangan di Papua memang masih jauh dari standar. "Terutama di bandara-bandara kecil seperti di Oksibil," katanya kepada Republika saat dijumpai di Komplek Parlemen, Selasa (18/8).

Di sana, lanjut Senator dari Papua itu, masih terdapat keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM) penunjang penerbangan. Salah satunya adalah ground crew atau petugas yang bertanggung jawab menyediakan kebutuhan pesawat saat mendarat maupun lepas landas.

"Karena tidak ada ground crew, tak heran jika kadang pilot harus merangkap sebagai ground crew'" ujar dia. Oleh karena itu, ia berharap agar Kementerian Perhubungan dapat mempersiapkan infrastruktur penerbangan di Papua dengan lebih optimal.

Terkait persoalan itu, dalam waktu dekat DPD RI juga akan melakukan pertemuan dengan Kementerian Perhubungan untuk membahas berbagai persoalan di bidang penerbangan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement