REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pesawat Trigana jenis ATR 42 bukanlah pesawat lama. Pesawat ini memang tercatat buatan tahun 1988, namun baru diterima PT Trigana Air Service pada 2005.
"Ini pesawat bagus. Baru terbang perdana pada 2005," kata mantan Menteri Perhubungan, Jusman Syafii Djamal kepada ROL, Senin (17/8) malam.
Saat itu, ada sekitar 329 unit yang tercatat masuk ke PT Trigana Air Service. Mengingat status yang masih baru, rasanya komponen pesawat bukanlah menjadi masalah. Apalagi kapten yang menunggangi pesawat tersebut merupakan pilot berpengalaman.
Jusman mengatakan perjalanan Sentani menuju Oksibil hanya bisa dilalui melalui udara. Kontur yang harus dilalui pun tidak mudah. Terbukti, pernah ada pesawat yang juga mengalami kecelakaan di kawasan tersebut. "Pada Agustus 2009 lalu, pesawat jenis Twin Otter Merpati dengan rute yang sama dengan Trigana juga pernah hilang," kata Jusman. Tiga hari kemudian, pesawat ditemukan jatuh di pegunungan Maoke, Oksibil di ketinggian 9.300 mdpl.
Pria yang kini menjadi pengamat penerbangan ini menyarankan ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penerbangan di wilayah tersebut, yakni kontur dan cuaca. Perlu prosedur operasi standard dan pelatihan khusus karena perubahan cuaca. "Kemenhub juga harus menambaH radar cuaca BMKG dan alat navigasi yang baik," ujarnya.
Pesawat berpenumpang 49 orang tersebut diketahui membawa uang Rp 6,5 miliar. Namun menurut Jusman tidak ada sabotase kecelakaan yang berkaitan dengan uang tersebut. "Di kawasan itu, memang kalau mengirim uang harus lewat udara," kata dia.
Jusman yakin tim yang saat ini sedang mengevakuasi pesawat sudah sangat mengenal kawasan itu dengan baik. "Apalagi BASARNAS sudah pernah berpengalaman mengevakuasi pesawat Air Asia. Saya yakin dalam waktu singkat akan selesai," ucapnya.