Senin 17 Aug 2015 14:58 WIB

Ikut Upacara di Istana, Warga Baduy Jalan Kaki 3 Hari

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Ilham
 Warga baduy seusai mengikuti Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8).  (Republika/Edwin Dwi Putranto)
Warga baduy seusai mengikuti Upacara Peringatan Detik-detik Proklamasi 17 Agustus di Halaman Istana Merdeka, Jakarta, Senin (17/8). (Republika/Edwin Dwi Putranto)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lima orang warga dari Suku Baduy Dalam, Provinsi Banten, ikut menjadi peserta upacara dalam peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia di Istana Merdeka, Senin (17/8). Ini merupakan pertama kalinya warga dari pedalaman Banten tersebut mendapat kesempatan menyaksikan upacara pengibaran bendera merah putih di Istana.

Datang dengan bertelanjang kaki, lima warga yang juga sering disebut orang Kanekes tersebut tanpa ragu berjalan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta. Mereka juga tak meninggalkan pakaian khas Suku Baduy, baju putih dengan celana pendek warna biru tua. Tak lupa mereka juga mengenakan ikat kepala warna putih dan menggendong tas kain warna putih.

Untuk mencapai Istana, warga Baduy berjalan kaki dari kediaman mereka di Kabupaten Lebak, Banten sampai Istana di Jakarta Pusat. Butuh waktu tiga hari bagi mereka untuk sampai di Ibu Kota. Berangkat sejak Jumat (14/8) dan baru sampai di Jakarta pada Ahad (16/8).

Masyarakat Baduy Dalam memang tidak mengenal alat transportasi dalam kesehariannya. Sehingga mereka terbiasa berjalan kaki untuk jarak yang jauh.

Pagi ini, kelima warga Baduy tersebut telah tiba di gerbang Istana Negara sejak pukul 06.00 WIB. Tak lupa, mereka juga membawa undangan seperti tamu lainnya. "Kami sangat berbahagia sekali bisa hadir di sini," ucap salah satu warga Baduy, Mursyid, Senin (17/8).

Mursyid berharap, kehadiran Suku Baduy di Istana dapat membuat pemerintah peka terhadap nasib masyarakat adat seperti dirinya. Dia ingin masyarakat adat mendapat perhatian yang sama seperti warga sipil lainnya.

Kelima warga Baduy Dalam tersebut datang dengan didampingi oleh aktivis dari Yayasan Lembah Baliem. Koordinator Yayasan Lembah Baliem, Wanda, mengaku organisasinya yang mengajukan permohonan pada Istana agar perwakilan masyarakat adat Baduy Dalam dapat hadir di Istana. Selain Baduy Dalam, Wanda juga mendampingi sejumlah warga adat dari Papua.

"Mulanya kami mengajukan 50 orang. Tapi yang dikabulkan 20. Itu sudah termasuk warga Baduy dan Papua," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement