REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Guru Besar Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Chairul Anwar Nidom curiga bioterorisme (teror dengan senjata biologi berupa kuman penyakit) sudah terjadi di Indonesia. Namun faktor, motif dan dampak masih perlu diteliti. Ia menuturkan, bioterorisme bisa berdampak langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, bioterorisme bisa menyebabkan kematian dan kesakitan dalam jangka panjang.
"Bioterorisme perlu diantisipasi, sebab Masyarakat Ekonomi Asean atau globalisasi memang memicu persaingan ekonomi. Bioterorisme itu menggunakan bakteri, virus, dan kuman penyakit lain yang dampaknya tidak langsung tapi berjangka waktu lama, yakni perekonomian jatuh," katanya, Sabtu (15/8).
Menanggapi hal tersebut, Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr. Soetomo, Surabaya, mulai mengantisipasi adanya penyebaran virus bioterorisme. Bioterorisme merupakan teror dengan senjata biologi berupa kuman penyakit yang dikhawatirkan bisa menular. "Secara ilmiah memang ada peluang virus-virus itu bisa dimodifikasi, namun saya bukan ahli dalam menangani virus-virus tersebut. RSUD dr. Soetomo melakukan upaya pengamanan terhadap pasien yang terindikasi terjangkit virus bioterorisme dengan pengamanan," kata Wakil Direktur RSUD dr. Soetomo, Kohar Hari Santoso.
Ia mengatakan, pengamanan yang dimaksud adalah dengan penanganan pasien tidak hanya dari sisi perilaku melainkan juga pelayanan. Untuk pemeriksaan virus, Rumah Sakit bekerja sama dengan Litbang. Rumah sakit sudah melengkapi ruang isolasi khusus dengan standar khusus untuk mengurangi kemungkinan timbul virus supaya tidak menular.
Dia mengimbau masyarakat yang bepergian ke luar negeri harus memahami bagaimana tentang informasi kesehatan di negara tersebut untuk menghindari terjangkitnya virus bioterorisme. Misalnya, wabah Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). "MERS merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh Corona virus. Virus ini mirip dengan Corona virus yang ada pada kelelawar. Dan penularan terjadi dari hewan (unta) secara ilmiah belum terbukti diyakini menular human to human melalui titik liur (droplet) yang dihirup oleh orang lain," kata dia.