REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan, setiap 17 Agustus bangsa Indonesia memperingati hari kemerdekaan. Nyatanya, masih banyak anak yang belum merdeka dari berbagai tekanan.
"Masih banyak anak menjadi korban tontonan pornografi, kekerasan, konflik, bahkan kejahatan. Tontonan buruk semacam itu harus dihapus untuk kepentingan terbaik anak," katanya, Jumat, (14/8).
Masih banyak anak yang menjadi korban bisnis atas nama kebahagiaan dan keceriaan anak. Tak sedikit arena bermain justru tak sesuai dengan tumbuh kembang anak seperti mainan berkonten perang-perangan, berkelahi, pembunuhan.
Banyak anak yang menjadi korban dari perilaku hidup yang tak sehat. Anak sering jadi korban perokok aktif yang berakhir sakit.
Selain itu, terang dia, banyak anak menjadi korban eksploitasi politik. Seringkali anak dijadikan alat kampanye, juru kampenye bahkan ikut memobilisasi massa kampanye.
Secara prinsip, anak-anak memiliki hak untuk dimerdekakan. Semua pihak harus memastikan bahwa anak tidak menjadi korban kebijakan yang salah, anak tak menjadi korban perilaku salah, anak tak menjadi korban bisnis yang hanya berorientasi keuntungan materi semata.
"Negara tidak boleh kalah. Dengan segala kekuatannya, momentum peringatan kemerdekaan harus menjadi pemicu untuk memerdekakan anak sekaligus menjadikan anak sebagai arus utama pembangunan," ujarnya.