REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Fenomena el nino yang membuat musim kemarau bertambah panjang berdampak pada peningkatan produksi garam petani. Namun, kondisi itu dipastikan akan membuat harga garam menjadi anjlok.
''Dengan panas yang lebih panjang, produksi garam petani akan melimpah,'' ujar Ketua Ikatan Petani Garam Indonesia (IPGI), M Insyaf Supriadi kepada Republika, Rabu (12/8).
Insyaf menyebutkan, luas lahan tambak garam di Kabupaten Cirebon saat ini sekitar 16 ribu hektare. Dalam kondisi normal, dari luas lahan itu menghasilkan produksi garam sekitar 300 ribu ton.
Dengan musim kemarau yang bertambah panjang, Insyaf memprediksi jumlah produksi garam akan meningkat menjadi sekitar 500 ribu ton. Pasalnya, masa produksi garam petani akan semakin bertambah lama.
Namun, lanjut Insyaf, peningkatan produksi garam itu tak membuat kesejahteraan petani juga meningkat. Pasalnya, produksi garam yang meningkat justru membuat harga garam menjadi jatuh.
Insyaf menjelaskan, saat permulaan masa produksi pada awal Juni 2015, harga jual garam petani berkualitas II masih mencapai Rp 400 per kg. Setelah itu, harga garam terus menurun secara bertahap.
''Saat ini harga garam mencapai Rp 200 per kg,'' terang pria yang juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Petani Garam Kabupaten Cirebon itu.
Harga itu lebih rendah dibandingkan harga pokok pembelian (HPP) garam. Berdasarkan HPP, harga garam kualitas I mencapai Rp 750 per kg, garam kualitas II Rp 550 per kg dan garam kualitas III Rp 450 per kg.
Insyaf memperkirakan, harga garam akan terus turun karena masa produksi garam masih akan berlangsung selama beberapa bulan mendatang.
Untuk mengatasi anjloknya harga garam akibat meningkatnya produksi, Insyaf berharap agar impor garam dikurangi. Apalagi, stok garam tahun lalu pun masih ada.
Selain itu, Insyaf pun berharap agar perusahaan yang biasanya menyerap garam impor untuk beralih menyerap garam petani. Dengan demikian, produksi garam petani bisa terserap dengan harga yang wajar.
Selama ini, lanjut Insyaf, pembelian garam dilakukan oleh tengkulak. Dengan demikian, penentuan harga garam pun dilakukan oleh tengkulak. ''Tengkulak membeli garam petani dengan harga dibawah HPP,'' keluh Insyaf.
Salah seorang petani garam di Desa Ender, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon, Mubrori mengaku senang dengan musim kemarau panjang yang membuat produksi garam meningkat. Namun, dia pun khawatir karena peningkatan produksi itu akan membuat harga garam menjadi anjlok. ''Harga garam mungkin bisa dibawah Rp 100 per kg,'' kata Mubrori.
Mubrori menuturkan, tengkulak selama ini menetapkan harga garam dengan murah. Hal itu terutama kepada para petani garam yang tersangkut utang kepada tengkulak.
Hal senada diungkapkan petani garam lainnya, Topik. Dia pun mengaku musim kemarau yang panjang merupakan berkah bagi petani garam.
Namun, lanjut Topik, peningkatan produksi garam pun akan diikuti oleh anjloknya harga garam. Karena itu, dia berharap ada campur tangan pemerintah untuk mencegah agar harga garam tak makin menurun.