Selasa 04 Aug 2015 20:48 WIB

IMM Ajukan 12 Nama Calon Ketum Muhammadiyah

Rep: c94/ Red: Karta Raharja Ucu
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin berbincang bersama pengusaha muhammadiyah Sutrisno Bachir sat hadir dalam acara silahturhami saudagar Muhammadiyah di Wisma Kalla, Makasar, Sulsel, Selasa (4/8).
Foto: Republika/Prayogi
Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin berbincang bersama pengusaha muhammadiyah Sutrisno Bachir sat hadir dalam acara silahturhami saudagar Muhammadiyah di Wisma Kalla, Makasar, Sulsel, Selasa (4/8).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Setelah melalui rapat alot di internal Pengurus Koordinator Nasional (Kornas) Forum Keluarga Alumni (FOKAL) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) akhirnya memutuskan nama-nama yang dinilai pantas utk menjadi pimpinan PP Muhammadiyah.

Ketua Hubungan Antar Lembaga Kornas Fokal IMM Ma'mun Murod Al-Barbasy mengatakan, sempat terjadi perdebatan sengit terkait nama-nama yang akan diusulkan. Perdebatan yang sempat muncul terkait latar belakang organisasi masing-masing kandidat. 

"Ada polarisasi. Sebagian besar mengusulkan bahwa calon harus dari alumni IMM semua. Sementara ada yang menghendaki agar nama di luar IMM pun diakomodir," katanya, Selasa (4/8).

"Setelah melalui perdebatan agak panjang akhirnya disepakati hanya 12 nama yang dinilai layak menjadi pimpinan. Sementara 1 nama sengaja diberikan kebebasan kepada masing-masing Muktamirin untuk memilihnya," ujar Ma'mun yang juga menjadi Wakil Sekretaris Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah.

Ke-12 nama tersebut adalah Abdul Mu'ti, Anwar Abbas, Haedar Nashir, Hajriyanto Y Thohari, Suyatno, Syafiq Mughni, Dahlan Rais, Muhadjir Effendy, Busyro Muqoddas, Yunahar Ilyas, Dadang Kahmad, dan Imam Addaruqutni.

"Fokal tidak menyebut siapa calon yang diprioritaskan untuk menjadi Ketua Umum, sebab sistem kita itu Ahlul Halli Wal Aqdi. Penentuan Ketua Umum menjadi kewenangan 13 Pimpinan terpilih." tegas Ma'mun melanjutkan.

Suara terbanyak, kata dia, memang tidak otomatis menjadi ketua umum. Tetapi dalam tradisinya beberapa Muktamar terakhir, suara terbanyak selalu menjadi Ketua Umum. 

"Ini lebih merupakan penghargaan n fatsun politik di lingkup Muhammadiyah," ujar Ma'mun yang juga Direktur Pusat Studi Islam dan Pancasila (PSIP) FISIP UMJ.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement