Ahad 02 Aug 2015 11:57 WIB

Siswa Meninggal Akibat MOS, Ini Reaksi Menteri Yohana

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Angga Indrawan
Siswa senior SMK Negeri 1 Serang memotong kuku adik kelasnya yang baru masuk saat Masa Orientasi Sekolah (MOS), di Serang, Banten, Selasa (28/7). Pihak sekolah menekankan kegiatan MOS edukatif seperti kerapihan dan kegiatan baris berbaris untuk mencegah pr
Foto: ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman
Siswa senior SMK Negeri 1 Serang memotong kuku adik kelasnya yang baru masuk saat Masa Orientasi Sekolah (MOS), di Serang, Banten, Selasa (28/7). Pihak sekolah menekankan kegiatan MOS edukatif seperti kerapihan dan kegiatan baris berbaris untuk mencegah pr

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Indonesia Yohana Susana Yembise mengecam segala bentuk kekerasan terhadap anak atau pelajar. Termasuk dugaan kekerasan saat masa orientasi sekolah (MOS) yang menewaskan siswa sekolah menengah pertama (SMP) Flora, Bekasi, Jawa Barat, Evan Christoper Situmorang (12 tahun). 

Meski mengaku belum mendengar kabar meninggalnya Evan, namun ia dengan tegas mengecamnya. “Itu tidak boleh terjadi karena saya juga pendidik,” ujarnya disela-sela kampanye memperingati Hari Anak Nasional (HAN) di Bundaran HI, Jakarta, Ahad (2/8). 

Jika benar ada pelajar yang tewas akibat kekerasan saat MOS, pihaknya mengaku akan bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Pihaknya meminta Kemendikbud supaya menetapkan aturan tegas MOS tidak boleh memperbolehkan kekerasan terhadap anak. 

“Karena anak punya hak tumbuh kembang dan harus dilindungi. Jadi, bukan disiksa seperti itu,” ujarnya.

Sebelumnya Evan meninggal dunia setelah dua pekan mengalami sakit di kedua kakinya. Evan diduga tewas setelah sakit di bagian kaki akibat berjalan hingga empat kilometer atas perintah seniornya saat hari terakhir MOS di sekolahnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement