REPUBLIKA.CO.ID, MADIUN -- Volume air di sejumlah waduk yang ada di Kabupaten Madiun, Jawa Timur, mulai menyusut seiring masuknya musim kemarau yang terjadi pada tahun ini.
"Pada sejumlah waduk, volume airnya sudah mulai menyusut. Tidak hanya waduk namun juga dam dan waduk lapangan juga mengalami penyusutan air," ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Kabupaten Madiun Hekso Setyo Raharjo, Jumat (31/7).
Data Dinas PU Pengairan Kabupaten Madiun mencatat, terdapat tiga waduk yang sudah mulai menyusut volume airnya. Antara lain, Waduk Dawuhan di Desa Plumpungrejo, Kecamatan Wonoasri; Waduk Notopuro di Pilangkenceng; dan Waduk Saradan di Kecamatan Saradan.
Selain itu, 330 titik dam serta 19 titik waduk lapangan yang ada di wilayah Kabupaten Madiun juga mengalami penyusutan. Seperti Waduk Dawuhan, sesuai data, penyusutan volume airnya mencapai 60 persen lebih.
Menurut Hekso, penyusutan volume air tersebut selain disebabkan karena memasuki musim kemarau, juga disebabkan karena pendangkalan dasar waduk.
Kondisi volume air waduk yang menyusut itu dipastikan akan berpengaruh pada aliran air irigrasi ke sejumlah sawah milik petani di sekitar waduk.
Seperti Waduk Dawuhan misalnya, waduk tersebut biasanya digunakan untuk mengairi sekitar 2.700 hektate lahan persawahan yang berada di tiga kecamatan. Yaitu, lahan sawah di Kecamatan Wonoasri, Balerejo, serta Madiun.
Namun, meski sudah menyusut, jumlah tersebut dinilai masih cukup untuk mengairi lahan pertanian yang ada. Walau demikian kondisi tersebut tetap harus dipantau.
Hekso Setyo Raharjo menambahkan, jika musim kemarau sudah memuncak, air untuk irigasi sawah dipastikan semakin sulit didapat para petani.
Karena itu, pihaknya mengimbau para petani agar menanam palawija pada musim kemarau II ini karena kebutuhan airnya lebih sedikit dibandingkan padi dan juga untuk menghindari puso.