REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Selama musim kemarau hingga Jumat (31/7) ini, Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Lampung menyebutkan dari 217.855 hektare (ha) sawah yang ada di Lampung, luas lahan sawah yang terancam kekeringan 10.715 ha, dan berpotensi kering 5.430 ha, dan 277 ha tanaman padi sudah mengalami puso.
Kepala Distan Lampung, Lana Rekyanti, mengatakan potensi kekeringan di Lampung menyebar di sembilan dari 14 kabupaten/kota yang ada. Sedangkan kekeringan lahan sawah terparah berada di Kabupaten Lampung Selatan (Lamsel), sekitar separuh dari 10.715 ha yang terancam kering. "Data ini dari penelusuran di lapangan pada 26-27 Juli," katanya.
Ia mengatakan kekeringan di Kabupaten Lamsel meliputi delapan kecamatan, yakni di Sidomulyo seluas 1.500 ha, Ketapang 1.350 ha, Candi Puro 699 ha, Natar 464 ha, Tanjung Bintang 400 ha, Jati Agung 521 ha, Sragi 296 ha, dan Tanjung Sari 200 ha.
Upaya yang dilakukan Pemprov Lampung, menyediakan pompa air, dan petani setempat membuat sumur bor, agar dapat mengaliri lahan sawah yang sudah berisi tanaman padi. Distan juga berharap pemerintah kabupaten menyiapkan pompa air, agar lahan sawah petani tidak terancam puso.
Mengenai dampak kekeringan, terhadap target pasokan satu juta ton gabah kering panen (GKP) dari Lampung, ia mengatakan belum berpengaruh dengan produksi gabah dari Lampung, meskipun beberapa sentra produksi padi di Lampung mengalami kekeringan.
Menurut dia, target satu juta ton GKP masih dapat terealisasi, karena pencapaian produksi padi di Lampung sudah mencapai 96,46 persen, sedangkan luas lahan yang puso hanya 0,04 persen saja. Selain itu, sudah ada perluasan lahan sawah petani dan peningkatan produktivitas sawah di Lampung.