REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain menyebabkan kekeringan, El-Nino moderat yang tengah melanda Indonesia menyebabkan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) mudah tersulut. Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, hotspot alias titik api berada di kawasan hutan Sumatera dominan terjadi selama lima bulan. Sementara untuk Kalimantan lebih rendah yakni empat bulan.
"Puncak hotspot di Sumatera pada Agustus-Oktober, dan Kalimantan September-Oktober," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, pada Kamis (30/7). Dengan begitu, El-Nino moderat diprediksi mengamcam potensi karhutla hingga Desember 2015.
BNPB, kata dia, menangani 10 wilayah karhutla. Mulai Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Berdasarkan pengalaman yang lalu-lalu, kondisi karhutla terparah setiap tahun berada di Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Untuk mengantisipasi kebakaran hutan agar tak berkobar besar, BNPB menyediakan dana Rp 385 miliar hingga September 2015. “Kalau setelah September masih ada kebakaran, kita akan menambah anggaran dari dana siap pakai BNPB,” ujar Sutopo. Selain itu, BNPB juga menyiapkan 10 helikopter pengeboman air dan tiga pesawat untuk operasi hujan buatan yang masik kategori antisipasi melalui teknologi modifikasi cuaca.