REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menginformasikan kondisi Indonesia tengah memasuki kekeringan.
Kepala Bidang Informasi Iklim BMKG Evi Lutfiati menyatakan beberapa darah bisa melakukan hujan buatan namun tergantung awan yang ada di wilayahnya.
"Untuk membuat hujan buatan tergantung potensi pertumbuhan awan di masing-masing wilayah di Indonesia," kata Evi kepada ROL, Selasa (28/7).
Ia menambahkan, untuk saat ini hujan buatan sangat kecil kemungkinannya untuk berhasil. Menurut Evi, hal tersebut terlebih untuk wilayah yang kering memang karena awannya sudah sangat sedikit.
Lebih lanjut, seperti di daerah Riau yang sudah dilakukan hujan buatan menurutnya rawan kebakaran hutan. "Untuk wilayah Riau kan masuk Sumatera ya, itu wilayahnya tidak banyak titik terlalu kering jadi masih berpotensi pertumbuhan awan," jelas Evi.
Lain lagi untuk wilayah Indonesia yang semakin ke timur seperti NTT sangat sulit kemungkinannnya. Evi menjelaskan, wilayah tersebut ruang awan-awannya sangat kering dan agak kurang.
Diketahui, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah bekerja sama untuk membuat hujan buatan di Riau. Sejak Maret pihaknya sudah menaburkan 40,8 ton garam ke awan dengan pesawat Casa 212.