REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA – Di DIY ada sekitar 16 kecamatan yang mengalami kekeringan dan delapan kecamatan diantaranya berada di Kabupaten Gunungkidul.
Wilayah yang mengalami kekeringan selain di Kabupaten Gunungkidul juga terdapat di Kabupaten Sleman antara lain Cangkringan dan Prambanan, Kabupaten Bantul dan Kabupaten Kulon Progo.
Hal itu dikemukakan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Gatot Saptadi pada wartawan di usai menghadiri pelantikan penjabat bupati Gunungkidul di Bangsal Kepatihan Yogyakarta, Selasa (28/7).
Menurut Gatot, kekeringan di empat kabupaten tersebut masih bisa ditangani oleh Pemerintah Kabupaten masing-masing (Dinas Sosial, PDAM dan BPBD Kabupaten. Karena kekeringan terjadi di tanah pertanian, masyarakat dihimbau untuk mengubah pola tanam sesuai kapasitas air yang ada. Sampai saat ini kekeringan di DIY belum masuk dalam siaga bencana.
Mantan Wakil Bupati Gunungkidul Immawan Wahyudi mengatakan di Kabupaten Gunungkidul tinggal sedikit wilayah yang mengalami kekeringan terutama di daerah pantai. Karena sebagian besar sudah bisa diatasi dengan adanya air bersih dari PDAM sekitar 20 persen dan Pamaskarta (Paguyuban Pengelola Air Minum Masyarakat
Yogyakarta)Dinas Pekerjaan Umum dan Pamaskarta Mandiri sekitar 70 persen. Sehingga wilayah yang belum tersentuh air bersih tinggal kurang dari 10 persen, jelas Immawan pada wartawan di Kepatihan Yogyakarta, Selasa (28/7).
Selanjutnya Mantan Bupati Gunungkidul Badingah mengatakan bagi daerah yang tidak bisa terjangkau dengan aliran pipa dan sumber air, disiapkan tanki di sembilan kecamatan . Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Gunungkidul sudah menyiapkan dana untuk dropping air bersih tiap hari.
Debit air di Pantai Baron masih mungkin ditingkatkan namun perlu anggaran. ‘’Mudah-mudahan ada investor,’’tuturnya.
Sementara itu Penjabat Bupati Gunungkidul Budi Antono berharap berharap untuk mengatasi kekeringan di Kabupaten Gunungkidul tidak hanya sebatas dropping air. ‘’Menjadikan Gunungkidul cerdas dengan pengembangan jaringan dan apabila ada bantuan dana digunakan untuk pencarian sumber air. Sehingga tidak tergantung dropping air.
Di Gunungkidul, kata Anton menambahkan, punya titik sumber air yang akan dikembangkan dengan pengembangan jaringan yang tentunya akan diprioritaskan yang debit airnya besar.