REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -– Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Din Syamsuddin, akan mengakhiri masa tugasnya sebagai pimpinan pada 3 Agustus mendatang. Meski tak lagi maju dalam pemilihan (Muktamar), ia tetap memberikan perhatian besar terhadap proses demokrasi di organisasi ini.
"Calon ketua umum mendatng harus pribadi yang merdeka. Tidak akan takut pada siapapun dan tidak bisa dipengaruhi oleh orang lain," ujar dia dalam pidatonya saat meresmikan Gedung Kantor dan Pendidikan Terpadu Muhammadiyah Kota Bandung, Ahad (26/7).
Syarat lainnya, lanjut Din, pimpinan Muhammadiyah mendatang, harus memiliki wawasan keislaman secara luas dan mendalam. Syarat ini, kata dia, menjadi utama bagi seorang calon pemimpin Muhammadiyah. Figur tersebut, imbuh dia, tak hanya sekedar memiliki pemahaman mendalam soal agama tapi juga memiliki intelektual yang tinggi.
"Syarat lain yaitu harus memiliki kemampuan manajerial. Sebab memimpin Muhammadiyah yang begitu besar harus memiliki kemampuan ini agar organisasi ini lebih berkembang lagi," kata dia.
Namun demikian, Din tak menyebutkan figur yang layak untuk menggantikan dirinya. Menurut dia, di Muhammadiyah proses pemilihan ketua umum tidak seperti di organisasi Islam lainnya. Tak heran apabila proses pemilihan ketua umum kurang mendapat perhatian dari kalangan media massa. Saat ini, kata dia, ada sebanyak 13 calon ketua umum Muhammadiyah. Mereka akan dipilih dalam Muktamar di Makassar 3-7 Agustus mendatang.
"Insya Allah pelaksanaan muktamar sudah siap. Di Muhammadiyah tidak ada istilah perebutan, karena itu tidak menarik bagi media," kata dia dengan diiringi senyuman.