Jumat 24 Jul 2015 11:33 WIB

Masyarakat Bali Kurang Peduli Penyebaran Rabies

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Indah Wulandari
Petugas Dinas Peternakan memasangkan kalung penanda vaksin rabies pada seekor anjing saat Pencanangan Vaksin Rabies Tahap IV di Denpasar, Bali.
Foto: Nyoman Budhiana/Antara
Petugas Dinas Peternakan memasangkan kalung penanda vaksin rabies pada seekor anjing saat Pencanangan Vaksin Rabies Tahap IV di Denpasar, Bali.

REPUBLIKA.CO.ID,DENPASAR -- Kejadian luar biasa rabies di Provinsi Bali disinyalir akibat masyarakat kurang peduli merawat anjing peliharaannya.

"Masyarakat seolah memusuhi pemerintah yang sedang berperan melawan penyebaran virus mematikan tersebut," ujar Ketua Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) Made Restiati, Jumat (24/7).

Ia menyoroti tindakan eliminasi anjing yang secara selektif dilakukan oleh pemerintah Provinsi Bali. Menurutnya, jika si pemilik tak ingin anjingnya dieliminasi, maka jangan membiarkan anjing berkeliaran.

Rabies, tambahnya hanya bisa diredam dari hulu, yaitu pemelihara anjing dan masyarakat. Posisi dari gigitan anjing yang terinfeksi rabies juga mempengaruhi cepat atau lambatnya seseorang akan meninggal.

Virus rabies akan menyerang otak dan mengalir mengikuti aliran darah. Jika virus telah menyentuh otak, maka yang bersangkutan tak akan tertolong lagi.

Sepanjang 2008 hingga pertengahan 2015, sebanyak 159 orang meninggal di Bali karena terjangkit virus rabies. Rinciannya adalah empat orang meninggal pada 2008, 2009 (28 orang), 2010 (82 orang), 2011 (23 orang), 2012 (8 orang), 2013 (1 orang), 2014 (2 orang), pertengahan Juli 2015 (11 orang).

Kepala Biro Humas Sekretariat Daerah Provinsi Bali Dewa Gede Mahendra Putra mengatakan kasus rabies perlu diantisipasi sebab berotensi mencoreng pariwisata Bali.

"Pariwisata adalah tumpuan utama masyarakat Bali," ujarnya.

Berdasarkan data pemerintah provinsi, populasi anjing di Bali saat ini mencapai 500 ribu ekor. Dari jumlah tersebut, hanya lima persen yang dipelihara baik oleh pemiliknya. Sebanyak 70 persen anjing di Bali memiliki pemilik namun dibiarkan hidup berkeliaran, sedangkan 25 persen lainnya adalah anjing liar yang tak bertuan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement