REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Musim kemarau telah dimulai beberapa bulan ini. Kondisi rumput dan tanaman pun menjadi sangat kering. Sehingga beberapa Kelurahan di Kota Bogor membutuhkan air bersih.
Pada musim penghujan warga RW 03/ RT 11 di Kelurahan Mulyaharja, Bogor Selatan baru menerima bantuan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bogor. Kekeringan di sini dimulai pada seminggu sebelum Lebaran. Karena itu, banyak sumur-sumur terlihat kering tanpa setetes air.
Untuk mandi cuci kakus (MCK), warga Gang Sawah mengandalkan kali Cipinang Gading. Air tersebut layak untuk itu, karena alirannya dari Gunung Salak. Namun kurang layak untuk konsumsi air minum dan memasak.
Karena itu, berkat pengaduan masyarakat pihak kelurahan Mulyaraja membuat surat permintaan bantuan ke PDAM Kota Bogor. Mulanya PDAM Kota Bogor hanya mengirim mobil tanki air berkapasitas 3.000 liter. Namun selanjutnya pada hari Rabu (21/7) PDAM mengirim tangki air berkapasitas 9.000 Liter.
"Jadi setiap habis mobil tangki akan mengirim air selama tiga kali," ujar Staff Pelayanan Kelurahan Mulyaharja, Dadan Darmawan (40) kepada Republika, Rabu (22/7).
Lokasi di penampungan air tersebut berada di Gang Sawah RW 11, posisinya berbatasan antara RW 3 dan RW 11. Sebelumnya warga mengambil air minum dari mata air dari RW 1 dengan pipa paralon kurang lebih 1,5 km. Air tersebut di tampung di salah satu rumah warga di RW 3.
Namun kalau lahan pertanian sedikit bermasalah, karena air irigasi kian surut di RW 1. Sebagian sawah ada yang masih hijau dan sebagiannya lagi mati karena kekeringan. "Lahan persawahan menjadi retak," ujarnya.
Menurut Ketua RT 04 / RW 11 Kelurahan Mulyaharja, warga di Gang Sawah masih mengandalkan sumur serapan. Di mana ketika seminggu tidak hujan, air akan kering. Setiap rumah mengandalkan sumur serapan, karena PDAM tidak bisa masuk. "Karena posisi wilayah berada di atas bukit, sedangkan PDAM terletak di bawah Kelurahan ini," katanya.
Mashari mengatakan setelah adanya rapat pada malam Rabu kemarin. Ada kesepakatan akan adanya iuran warga berupa uang Rp 50 ribu untuk membeli paralon. Paralon itu untuk mengalirkan air dari Bendungan Air Serapan dari sungai DAM Cipinang Gading.
Jadi setiap kepala keluarga yang tinggal di Cibeurum RT 04/RW 11 dan RT 01/RW 03 Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan, harus memberi uang Rp 50 ribu. Sedangkan pembayaran selambat-lambatnya dibayar terakhir pada seminggu sejak rapat tersebut disepakati.
Hal ini dilakukan pertama kalinya, agar ke depan terdapat bak kontrol yang berfungsi untuk disalurkan warga yang membutuhkan. Misalnya terjadi kekeringan air lagi, warga tinggal mengambil dari penampungan air.
"Intinya untuk belajar mandiri, agar tidak terpaku pada pemerintah. Kira-kira warga yang iuran sekitar ratusan warga dari dua RT/RW," jelasnya.
Setelah uang iuran terkumpul selama seminggu, warga akan melakukan gotong royong ke DAM Cipinang Gading untuk memasang palaron sampai ke Gang Sawah. Panjang paralon tersebut sekitar dua kilometer panjangnya.
Sementara kedalaman sumur di Kelurahan Mulyaharja hanya sampai kedalaman antara empat meter sampai sepuluh meter. Seorang warga mencoba menggali sumur baru, namun sayang galiannya terhenti karena terkendala batu kali sedalam 1,5 meter.
"Seharusnya Pemerintah ada upaya untuk memfasilitasi PDAM dari atas. Karena kalau ada PDAM di Sukaharja dapat mencakup dua wilayah Kabupaten dan Kota Bogor," ungkap Mashari.
Kemudian pada Hari Kamis (23/7), Direktur Utama PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor, Untung Kurniadi menuturkan di musim kemarau ini PDAM telah mensuplai 9.000 liter air bersih bagi 200 kepala keluarga yang tersebar di dua RW. “Kami kirim 3.000 liter air bersih ke warga di RT 1,2 dan 3 RW 11, serta 6.000 liter RT 1 RW 4,” kata Untung.
Selain itu, untuk warga yang menginginkan pasokan air bersih dapat menghubungi call center PDAM Kota Bogor pada nomor 0251-8324111. Petugas dapat melayani permintaan warga itu 24 jam.
“Warga dapat mendapatkannya secara gratis. Hanya ada syaratnya, harus ada surat resmi ke PDAM yang ditandatangani lurah dan camat,” jelasnya.