Selasa 21 Jul 2015 19:59 WIB

Hari ini, Komat Tolikara Terjunkan Tim Pencari Fakta

Ustad Fadlan pimpin tim pencari fakta kasus Tolikara.
Foto: dokpri
Ustad Fadlan pimpin tim pencari fakta kasus Tolikara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Umat untuk (Komat) Tolikara terbentuk. Pembentukan komite ini dimaksudkan guna membantu pengungkapan dan pembangunan kembali bangunan tempat ibadah, ruko, kios, dan tempat tinggal yang hangus dalam insiden di Tolikara.

Sebagai tindaklanjutnya, komite membentuk tim pencari fakta (TPF), hari ini (21/7) diberangkatkan ke Pulau Cendrawasih. TPF yang dipimpin ustadz Fadlan Garamatan, terbang ke Papua bersama tujuh anggota Tim dari berbagai latar belakang ilmu.

Sesuai rencana, sesampai di lokasi kejadian, seluruh anggota TPF akan melakukan beberapa tugas berat diantaranya menyusun kronologi sesuai aslinya. Kenapa disebut kronologi sesuai aslinya, karena hingga hari ini, ada beberapa upaya dari pihak tertentu yang mencoba membelokkan arah opini kepada publik. Pembelokan opini ini jelas sangat merugikan karena fakta yang ada di lapangan menjadi kabur.

Beberapa informasi yang simpangsiur akibat pembelokan opini itu diantaranya seputar keabsahan surat dari Gereja Injili Di Indonesia yang berisi larangan merayakan Iedul Fitri, Larangan Berlebaran dan Larangan mengenakan jilbab. Surat resmi yang dilengkapi tandatangan oleh Presiden GIDI Pdt Nayus Wenda dan Sekretarus GIDI Marthen Jingga itu, mulai dikabarkan sebagai dokumen illegal. Padahal, faktanya Polisi dan Bupati sudah menerima surat yang dimaksud. Bahkan, akibat surat super intoleran ini, kemudian memicu pembakaran Mesjid dan Ruko serta kios dan rumah tinggal.

Selain itu, ada pihak lain yang juga mencoba membalik fakta, di antaranya bahwa baik tempat ibadah, ruko maupun kios yang ludes karena api, konon disebabkan oleh ketidaksengajaan. Yang lebih parah lagi, pihak Gereja kini mencoba menyalahkan Kepolisian dan aparat lainnya yang dianggap tidak mampu mengendalikan situasi sehingga aparat malah menembak anggota Gereja hingga tewas. Sebagai alibi, akibat tembakan itulah kemudian api kemarahan tersulut sehingga mengakibatkan terbakarnya Mesjid. Dengan kata lain, massa sebenarnya tidak ingin membakar masjid, namun api yang disulut massa ke kios, merembet ke Mesjid.

Masih banyak informasi lain yang cenderung menyesatkan masyarakat dan mengadudomba antara Kepolisian, TNI dan masyarakat, sehingga jika dibiarkan maka ulah segelintir oknum-oknum yang tidak bertanggungjawab itu sangat berpotensi menyulut kemarahan masyarakat yang lebih luas terhadap pihak Gereja Di Injili dan bahkan sangat berpotensi memperluas korban. Yang semula korban adalah dari pihak Mesjid, nantinya akan meluas ke pihak lain.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement