Selasa 21 Jul 2015 18:55 WIB

Omzet Penjualan Makanan Khas Banyumas Melejit 60 Persen

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Yudha Manggala P Putra
Soto Sokaraja, makanan yang banyak dicari para pemudik.
Foto: doyanmakan.com
Soto Sokaraja, makanan yang banyak dicari para pemudik.

REPUBLIKA.CO.ID, PURWOKERTO -- Kedatangan pemudik selama masa libur Lebaran, membawa berkah bagi perajin maupun penjual makanan khas Banyumas. Tidak hanya warung-warung makan penjual makanan khas seperti soto Sokaraja yang banyak dipadati pengunjung, toko-toko penjual makanan khas yang biasa digunakan sebagai buah tangan juga banyak didatangi pemudik.

Antara lain seperti toko-toko penjual makanan khas yang terdapat di sepanjang Jalan Jenderal Soedirman Sokaraja. Toko makanan khas yang diantaranya menjual makanan khas getuk goreng dengan nama merek 'Asli' ini, dipadati pemudik yang hendak membeli oleh-oleh. Bahkan kendaraan pemudik yang banyak terparkir di pinggir jalan tersebut, menyebabkan kemacetan lalu lintas di jalur penghubung antara Purwokerto-Purbalingga atau Purbalingga Banyumas menjadi makin parah.

Selain getuk, makanan yang banyak dibeli pemudik sebagai buah tangan adalah jenang yang disebut warga jenang jaket (jenang yang terbuat dari beras ketan) dan keripik tempe. Selama masa lebaran ini, penjualan makanan khas Banyumas tersebut melejit cukup tinggi.

Sri Monah, pembuat jenang di sentra penghasil jenang jaket Kelurahan Mersi Kecamatan Purwokerto Timur, mengaku pada setiap musim libur Lebaran, omset penjualannya memang selalu mengalami peningkatan cukup tinggi. ''Paling sedikit meningkat 60 persen dibanding hari-hari biasa,'' katanya.

Untuk itu, beberapa hari sebelum Hari Raya Idul Fitri, dia akan membuat jenang lebih banyak dari hari biasa. ''Jenang jaket yang kami buat memang bisa bertahan cukup lama untuk bisa dimakan. Bahkan sampai sebulan, jenang yang kami buat masih enak dan tidak berjamur atau kedaluwarsa,'' jelasnya.

Menurut dia, agar jenang jaket buatannya bisa bertahan cukup lama, terletak pada cara pembuatannya yang benar-banar harus matang sempurna. ''Bahan baku berupa tepung beras ketan, santan dan gula jawa, harus terus-menerus diaduk selama dimasak. Dengan demikian, jenang yang dihasilkan menjadi tahan lama dan legit,'' katanya.

Meski Sri Monah memiliki toko yang menjual oleh-oleh dirumahnya, namun dia juga menjual jenang jaketnya di toko-toko penjual oleh-oleh lain. Antara lain, seperti yang banyak tersebar di Sokaraja dan tempat-tempat lain di Kota Purwokerto.

Peningakatan penjualan makanan khas ini, juga diungkapkan Pungguh Jatmiko, perajin keripik tempe dengan merek dagang 'Niti'. Perajin yang memiliki tempat usaha di Jalan Pramuka Purwokerto ini, mengaku masa libur Lebaran memang seringkali menjadi masa panen bagi perajin makanan khas seperti dirinya. ''Lebaran memang menjadi musim panen bagi kami. Tapi untuk bisa memanen, kami juga harus bekerja ekstra keras,'' jelasnya.

Dia menyebutkan, selama masa libur Lebaran ini, dia juga mengalami lonjakan omset penjualan sekitar 60 persen. Berapa nilai rupiahnya, Pungguh enggan mengungkapkan. ''Ya, lumayan...bisa buat memberi THR bagi para pekerja kami,'' katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement