Senin 20 Jul 2015 11:34 WIB
Pembakaran Masjid

Rhoma Irama Anggap Peristiwa Tolikara Sebagai Vandalisme

Rep: C25/ Red: Indira Rezkisari
Ketua Umum Partai Idaman Haji Rhoma Irama.
Foto: Antara
Ketua Umum Partai Idaman Haji Rhoma Irama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kapasitasnya sebagai Ketum Fahmi Tamami, Rhoma Irama menganggap peristiwa di Tolikara sebagai tindakan vandalisme.

Ketua Umum Forum Silaturahmi Ta'mir Masjid dan Musholla Indonesia, Rhoma Irama, memberikan tanggapannya mengenai peristiwa di Tolikara, yang membuat satu mushala habis dilalap api saat menjalani ibadah shalat Id. Meski terlihat belum berani menyatakan peristiwa tersebut merupakan pembakaran atau bukan, Rhoma meminta kepada pemerintah untuk menegakkan hukum atas peristiwa tersebut.

Datang dengan Toyota Vellfire hitam bernomor polisi B 1963 SYL, Rhoma langsung masuk ke Sekretariat Majelis Pimpinan Pusat Fahmi Tamami, di Jalan Pondok Jaya, Pela Mampang, Jakarta Selatan, pada Senin (20/7) siang. Rhoma mengaku kalau dalam kapasitasnya sebagai Ketum Fahmi Tamami, ia memiliki kewajiban untuk menyikapi persitiwa yang mengusik kerukunan antar umat beragama tersebut.

"Saya punya kewajiban menyikapi peristiwa vandalisme," kata dia.

Memakai busana Muslim berwarna putih, Rhoma berharap kalau pemerintah bisa menciptakan iklim yang kondusif, dalam menjaga kerukunan antar umat beragama di Indonesia. Ia juga mengimbau agar umat Islam yang ada di Indonesia, tidak terprovokasi dan bersikap over reaktif, yang menurutnya, hanya akan menimbulkan banyak hal menjadi lebih buruk lagi.

Rhoma menerangkan kalau doktrin Islam, mewajibkan umat untuk menghargai perbedaan yang ada, termasuk perbedaan agama. Ia juga menjelaskan kalau Islam memiliki konteks persatuan nasional yang heterogen dan tidak membeda-bedakan suku bangsa, budaya serta agama yang dianut. Maka itu, ia sangat meminta agar kasus di Tolikara bisa terselesaikan dengan tuntas.

"Peristiwa harus diselesaikan secara tuntas," ujarnya.

Rhoma menambahkan kalau kedua pihak bisa menjaga diri, baik umat Kristen untuk tidak melakukan provokasi, ataupun umat Islam yang jangan sampai terprovokasi, dalam menanggapi peristiwa di Tolikara tersebut. Ia juga memohon agar pemerintah menyelesaikan perkara ini secara hukum. Dan tempat ibadah yang ada di Tolikara bisa dibangun kembali.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement