REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Dengan jumlah produksi beras yang mencapai jutaan ton tiap tahunnya, hasil ini tetap tidak mencukupi kebutuhan rakyat Indonesia. Hal tersebut membuat Indonesia harus melakukan impor beras untuk memenuhi daya beli masyarakat akan beras.
Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman, mengatakan saat ini Indonesia terlalu banyak melakukan impor beras. Bahkan untuk standar Asia, Indonesia masih menduduki negara pengimpor beras teratas. "Saat ini Indonesia masih menjadi importir beras tertinggi se-Asia," ujar Amran dalam acara pengiriman beras ke-11 provinsi, Selasa (14/7).
Untuk menghindari bahkan menghilangkan impor beras di Indonesia, Amran menginginkan agar daerah seperti Jawa dan Sulawesi semakin giat memproduksi beras. Amran juga menekankan agar daerah lain yang menjadi lumbung beras mampu menanam dan memproduksi secara besar-besaran. Sehingga daerah yang minim beras bisa disuplai oleh daerah yang kelebihan beras. Dengan cara ini Indonesia akan bisa menahan diri dari impor beras.
Amran menjelaskan, saat ini Indonesia mengalami peningkatan hasil produksi beras nasional, dengan peningkatan mencapai 5,5 juta ton. Dari data Badan Pusat Statistik, angka ini merupakan rekor pencapaian yang diraih indonesia dalam produksi beras. Hal ini tidak lepas pula dari suplai beras dari Sulawesi Selatan sebagai lumbung padi nasional yang ikut menyuplai daerah lainnya.
Untuk itu dia sangat menekankan agar daerah lain mampu bekerja seperi Provinsi Sulawesi Selatan dalam memproduksi beras. "Kalau seluruh provinsi melakukan hal serupa untuk ekspor beras maka kita tidak perlu impor beras," ujar Amran.
Pengiriman beras ke-11 Provinsi, yaitu DKI Jakarta, Kepulauan Riau, Riau, Maluku, Jambi, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat Papua dan Aceh, mencapai 1.025 ton atau setara Rp 8 miliar. Pengiriman ini merupakan bagian dari total kontrak yang disepakati sebanyak 55.000 ton beras kelas premium dengan nilai Rp 429 miliar.
Dalam acara pelepasan pengiriman beras Sulsel yang diangkut menggunakan peti kontainer, Mentan didampingi Dirut Perum Bulog Djarot Kusumayakti, Gubernur Sulsel dan wakilnya, Syahrul Yasin Limpo dan Agus Arifin Nu'mang, serta Kapolda Sulselbar Irjen Anton Setiadji.