Senin 13 Jul 2015 21:00 WIB

Jokowi Diingatkan tak Tarik Mantan Menteri Ini ke Kabinet

Chatib Basri
Foto: Republika/ Tahta Aidilla
Chatib Basri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Lembaga Penelitian Lingkar Studi Perjuangan mengingatkan agar Presiden Joko Widodo tidak menarik mantan Menteri Keuangan Chatib Basri kembali ke kabinet karena dikhawatirkan akan menjauhkan pemerintah dari cita-cita Trisakti dan Nawacita.

"Dede (panggilan Chatib Basri) saat jadi menteri keuangn di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kinerjanya biasa saja, tidak istimewa," kata Peneliti Lembaga Penelitian Lingkar Studi Perjuangan, Agus Priyanto, di Jakarta, Senin (13/7).

Agus Priyanto mengatakan hal itu, menyusul wacana reshuffle kabinet yang makin menguat. Wacana reshuffle tersebut mucul karena kinerja kabinet di bidang ekonomi tidak kunjung membaik sehingga memunculkan desakan publik untuk merombak tim ekonomi.

Dari wacana yang berkembang juga menyebut beberapa nama, termasuk nama Chatib Basri, untuk kembali masuk ke kabinet menjadi menteri keuangan. Menurut Agus Priyanto, Chatib Basri lebih banyak memanjakan pasar daripada mengutamakan kepentingan rakyat Indonesia.

"Chatib yang sudah dikenal luas dengan pernyataannya tentang `kantongi nasionalismu?' ini jelas-jelas akan bertentangan dengan cita-cita Trisakti dan Nawacita yang mengharapkan kehadiran peran negara di tengah-tengah rakyatnya," ujar Agus.

Agus menjelaskan, Chatib yang pernah menjadi komisaris di Astra ini memiliki rekam jejak yang kontraproduktif bagi sektor transportasi publik ketika sebagai Menkeu menurunkan tarif impor komponen dan spareparts untuk industri mobil kutu atau LCGC (low cost green car), sehingga penjualan mobil kutu di dalam negeri melonjak dari nol menjadi 150 ribu unit hanya untuk tahun 2014.

"Jadi bukan mencari jalan untuk mengembangkan transportasi publik, malah melakukan pengurangan pajak impor spareparts dan komponen mobil kutu yang membuat kota-kota besar di Indonesia tambah macet," ulasnya.

Di sisi lain, kata dia, imbas kebijakan itu adalah melonjaknya impor komponen dan spareparts LCGC sehingga current account defisit makin besar. Chatib juga dituding meninggalkan quatro deficits yang terdiri dari defisit neraca perdagangan, defisit neraca pembayaran, defisit transaksi berjalan, dan defisit APBN.

"Rupiah pun semakin melemah dan Chatib mewariskan masalah quatro deficits kepada pemerintahan saat ini," kata Agus.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement