Kamis 09 Jul 2015 12:12 WIB

YLKI: Kemenkes Terlalu Melindungi Kepentingan Industri

Rep: C93/ Red: M Akbar
Pengurus YLKI, Tulus Abadi
Foto: Republika/Agung Supri
Pengurus YLKI, Tulus Abadi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Pengurus Harian YLKI, Tulus Abadi, mengatakan sebagai bahan yang beracun dan iritatif, tentunya ada batas maksimum klorin saat digunakan sehingga bisa dinyatakan aman. Tetapi, ironisnya Kemenkes justru menyatakan aman pembalut berklorin, tanpa batas aman sedikit pun.

"Aneh bin ajaib. Ini menandakan Kemenkes terlalu melindungi kepentingan industri pembalut dan abai terhadap kesehatan publik, abai terhadap kesehatan konsumen sebagai pengguna pembalut," kata dia di Jakarta, Kamis (9/7).

Tulus melanjutkan, begitu banyak dokter kandungan (ginekolog) yang tegas menyatakan klorin (via media pembalut yang digunakan) sangat berbahaya bagi kandungan dan alat reproduksi perempuan. Klorin bagi alat reproduksi perempuan tidak hanya bisa menimbulkan gatal-gatal, iritatif, tetapi juga bisa menimbulkan infertilitas (kemandulan) bahkan karsinogenik.

Sebelumnya, YLKI melakukan uji sampel pembalut dan pantyliner semua merek pembalut untuk perempuan di Indonesia. Hasilnya cukup mengejutkan, dilaporkan sembilan merek pembalut menggunakan bahan kimiawi klorin yang biasa digunakan sebagai pemutih kertas dan pakaian dengan tingkat kandungan berbeda-beda.

 

Kesembilan pembalut yang berklorin tinggi adalah Charm 54,73 ppm, Nina Anion 39,2 ppm, My Lady 24,44 ppm, VClass Ultra 17,74 ppm, Kotex  8,23 ppm, Hers Protex 7,93 ppm, LAURIER 7,77 ppm, Softex 7,3 ppm, dan Sotness Standard Jumbo Pack 6,05 ppm.

 

Sementara merek Pantyliner yang berklorin tinggi adalah V Class 14,68 ppm, Pure Style 10,22 ppm, My Lady 9,76 ppm, KOTEX Fresh Liners 9,66 ppm, Softness Panty Shields 9,00 ppm, CareFree superdry 7,58 ppm dan LAURIER Active Fit  5,87 ppm.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement