Selasa 07 Jul 2015 17:50 WIB

Habitat Menyusut, Populasi Orang Utan Aceh Terancam

Orang utan
Foto: TSI II Prigen
Orang utan

REPUBLIKA.CO.ID, BANDA ACEH -- Koordinator Kampanye Orangufriend Aceh Ratno Sugito menyatakan habitat orang utan di Provinsi Aceh semakin terancam sehingga dikhawatirkan populasinya terancam .

"Akibat habitatnya terancam, populasi orang utan di Aceh juga semakin menyusut. Kini, jumlah populasinya mengkhawatirkan," kata Ratno Sugito di Banda Aceh, Selasa (7/7).

Berdasarkan hasil survei pada 1990, kata Ratno, populasi orang utan di Aceh mencapai 80 ribu individu. Namun jumlahnya menurun drastis mencapai 12 individu pada 1995.

"Kemudian, turun menjadi 7.500 pada 2004. Dan terus berkurang menjadi 6.000 individu pada 2009. Diyakini sekarang jumlah orang utan menyusut hingga 80 persen," ungkap Ratno.

Menyusutnya populasi orang utan tersebut disebabkan perambahan hutan yang tidak terkendali, peralihan fungsi kawasan hutan yang tidak menjamin keberlangsungan habitat orang utan.

Serta maraknya pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit. Kondisi ini diperparah tidak kuatnya regulasi yang menjamin kelestarian habitat orang utan di suatu kawasan.

Tim relawan, kata dia, terkadang menyelamatkan bayi-bayi orang utan tanpa induk. Induknya kemungkinan mati akibat pembukaan lahan hutan untuk perkebunan kelapa sawit.

Oleh karena itu, ujar Ratno, lembaga Centre for Orangutan Protection terus mengampanyekan penyelamatan orang utan di Indonesia dan Aceh pada khususnya.

"Hari ini, kelompok pendukung Centre for Orangutan Protection menggelar kampanye serentak di sembilan kota di Indonesia, termasuk Aceh, menyerukan penyelamatan orang utan," kata dia.

Menurut aktivis lingkungan hidup ini, punahnya orang utan tidak hanya karena beberapa faktor tersebut. Tapi juga karena eksploitasi orang utan di lembaga konservasi, seperti kebun binatang maupun taman safari.

"Di tempat itu, orang utan dipaksa bekerja menghasilkan uang. Orang utan dilatih dengan keras dan kejam agar dapat menari, memiliki keterampilan untuk menghibur pengunjung. Kami melihat praktik ini tidak mendidik dan kejam," kata dia.

Ratno mengatakan eksploitasi orang utan seperti itu merupakan tindakan salah. Tindakan seperti ini harus dihentikan jika ingin menyelamatkan satwa dilindungi.

"Kita harus malu mengeksploitasi orang utan dengan menjadikannya artis di panggung sirkus. Kita juga harus malu menjadikan orang utan sebagai teman berfoto. Habitat orang utan itu di hutan dan mari selamatkan satwa tersebut untuk generasi mendatang," kata Ratno mengajak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement