REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta pembangunan Bandara Internasional Soekarno-Hatta dikaji ulang, pascakebakaran yang melumpuhkan salah satu terminal di bandara tersebut.
"Jadi itu (Bandara) harus di-manage (dikelola) dengan lebih baik karena memang Bandara Soekarno-Hatta sudah tambal sulam, memang harus di-review semuanya," katanya di Kantor Wakil Presiden di Jakarta, Selasa (7/7).
JK menjelaskan, konsep pembangunan Bandara Soekarno-Hatta saat pertama kali dibangun dahulu tidak memikirkan potensi kemunculan gerai-gerai makanan dan toko cinderamata. Sehingga, itu membuat sejumlah toko dan gerai makanan yang ada saat ini seperti 'dipaksakan' hadir di kawasan Bandara Soekarno-Hatta.
"Konsep buatan Prancis itu dulu keliru, menganggap orang-orang di Jakarta hanya pergi saja di Bandara jadi tidak ada lounge, tidak ada toko dan restoran. Itu dibikin belakangan sehingga seperti tambal sulam," jelasnya.
Kalla mencontohkan konsep pembangunan bandara yang dinilai tepat dan sesuai adalah Terminal 3 Soekarno-Hatta karena lebih kekinian. Oleh karena itu, Wapres menyarankan perombakan total dalam merenovasi Terminal 2E dan 2F yang terkena dampak kebakaran Minggu lalu.
Minggu pagi (5/7), kebakaran terjadi di Lounge Terminal 2E Bandara Soekarno - Hatta, Tangerang, sehingga menyebabkan sejumlah jadwal penerbangan terganggu. Kebakaran terjadi di JW Sky Lounge di Terminal 2E, Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Minggu sekitar pukul 05.45 WIB.
Kronologisnya, sekitar pukul 05.50 WIB, pegawai JW Sky Lounge berhamburan keluar saat terlihat asap dari dalam ruangan tersebut. Aviation Security Angkasa Pura II dibantu staf lainnya mulai melakukan upaya pemadaman dengan alat pemadam kebakaran.
Sekitar pukul 06.00 WIB, penumpang yang berada di GA Lounge dievakuasi keluar. Kemudian, konter "check in" ditutup dan penumpang dievakuasi keluar melalui pintu E3. Kemudian pada pukul 06.10 WIB, mobil pemadam kebakaran datang dan petugas masuk melalui jendela kaca Lounge. Petugas mengerahkan dua unit mobil pemadam kebakaran.