Senin 06 Jul 2015 17:27 WIB

248 Hektare Sawah di Jatim Gagal Panen

Rep: Andi Nurroni/ Red: Yudha Manggala P Putra
 Seorang petani, Idrus (67) membersihkan sawahnya yang mengalami kekeringan di Desa Lubuk Puar, Padangpariaman, Sumbar. Akibat rusaknya hulu irigasi dan musim kemarau, ratusan hektare sawah di kecamatan itu terancam gagal panen.
Foto: ANTARA
Seorang petani, Idrus (67) membersihkan sawahnya yang mengalami kekeringan di Desa Lubuk Puar, Padangpariaman, Sumbar. Akibat rusaknya hulu irigasi dan musim kemarau, ratusan hektare sawah di kecamatan itu terancam gagal panen.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA — Musim kemarau yang memicu kekeringan telah menyebabkan lahan pertanian di Jawa Timur mengalami gagal panen. Hingga awal Juni 2015, tercatat 248,2 hektare sawah di provinsi paling timur Pulau Jawa itu terimbas gagal panen atau puso.

Dinas Pertanian Jawa Timur melaporkan, tiga daerah yang paling parah terdampak puso adalah Kabupaten Bojonegoro (135 hektare), Kabupaten Lamongan (80 hektare) dan Kabupaten Magetan (33 hektare).  

Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Jawa Timur Nurfalakhi menyampaikan, secara total, ada tujuh daerah yang sudah menyatakan status kekeringan lahan pertanian.

Daerah-daerah tersebut adalah Kabupaten Bojonegoro, Tuban, Lamongan, Gresik, Magetan, Pamekasan dan Sampang. Daerah Bojonegoro, Tuban, Lamongan dan Gresik, ia menyampaikan, mengalami kekeringan karena minimnya debet air Sungai Bengawan Solo sebagai sumber air utama. Menghadapi kondisi tersebut, menurut Nurfalakhi, Dinas Pertanian Jawa Timur telah menyusun standar penanganan.

“Kalau padi mengalami kekurangan air, tapi tersedia sumber air, kita bantu dengan pompa. Kalau padi kekurangan air dan air tidak tersedia, lebih baik pindah ke komoditas yang sedikit kebutuhan airnya, yaitu jagung. Kalau airnya kurang sekali, ganti dengan kedelai,” ujar Nurfalakhi kepada Republika di kantornya di Surabaya, Senin (6/7).

Meskipun petani sudah terlanjur menanam padi, menurut Nurfalakhi, lebih baik dibatalkan jika air benar-benar tidak mencukupi. Jeraminya, menurut dia, bisa digunakan untuk pakan ternak bagi mereka yang memiliki ternak. Selain itu, ia menyampaikan, jerami juga bisa dibuat mulsa, yaitu penutup lahan untuk mencegah penguapan air sebelum ditanami komoditas baru.

Nurfalakhi menyampaikan, jika petani ingin pindah komoditas, Dinas Pertanian akan menyalurkan bantuan berupa pupuk, pestisida dan benih. “Kalau peteani tidak punya benih, segera daftarkan untuk kita mintakan bantuan cadangan benih nasional,” kata dia.  

Meski sejumlah daerah mengalami gagal panen, menurut dia, pihaknya tetap optimistis target produksi padi tahun 2015 terpenuhi. Pasalnya menurut dia, sepanjang musim hujan Oktber-Maret lalu, luas tanam padi di Jawa Timur meluas, sehingga pengurangan di musim kemarau tidak berdampak signifikan terhadap produksi.

Sebelumnya, berdasarkan Angka Ramalan 1 (Aram 1) tahun 2015, Dinas Pertanain Jawa Timur memprediksi produksi padi di provinsi tersebut pada 2015 mencapai 12,78 ton gabah kering giling (GKG). Jumlah tersebut, menurut dia, mengalami peningkatan sebesar 381,30 ribu ton atau 3,08 persen dibandingkan tahun 2014.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement