REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Sekitar 700 keluarga yang bermukim di lereng Gunung Slamet, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, mengalami krisis air bersih akibat kekeringan sehingga mereka harus membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
"Ada sekitar 400 keluarga yang bermukim di Dusun Gunung Malang yang terpaksa membeli air bersih karena sampai sekarang belum ada bantuan dari Pemerintah Kabupaten Purbalingga," kata Kepala Desa Serang Sugito di Serang, Kecamatan Karangreja, Purbalingga, Senin (6/7).
Menurut dia, warga setempat terpaksa membeli air bersih dengan harga Rp1.000 per jeriken isi 20 liter. Selain itu, kata dia, pihaknya juga memperoleh informasi dari Kades Kutabawa jika sekitar 300 keluarga di Dusun Bambangan mengalami krisis air bersih.
Salah seorang warga Dusun Bambangan, Narto mengaku terpaksa membeli air bersih hingga 10 jeriken per hari untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
"Harga air bersih sebesar Rp 1.000 per jeriken isi 20 liter sehingga paling tidak, saya mengeluarkan uang sebesar Rp10.000 untuk membeli air sebanyak 10 jeriken," katanya.
Dalam kesempatan terpisah, Kepala Pelaksana Harian Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Purbalingga Priyo Satmoko mengatakan bahwa hingga saat ini telah ada dua desa yang mengajukan permohonan bantuan air bersih, yakni Desa Kutabawa dan Desa Serang.
Menurut dia, dua desa di lereng Gunung Slamet yang masuk wilayah Kecamatan Karangreja itu termasuk daerah langganan kekeringan."Kami tengah menyiapkan bantuan air bersih ke dua desa tersebut," katanya.
Ia mengatakan bahwa BPBD Purbalingga telah menyiapkan 977 tangki air bersih untuk mengantisipasi bencana kekeringan pada tahun 2016.
Berdasarkan pemetaan yang dilakukan BPBD Purbalingga, kata dia, sebanyak 26 desa yang tersebar di tujuh kecamatan termasuk daerah rawan kekeringan.