REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mengatakan peristiwa kebakaran yang terjadi di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Ahad(5/7) harus dijadikan bahan evaluasi untuk perbaikan bandara yang lebih baik. Menurut Fahri, keadaan bandara saat ini bisa dibilang sudah melebihi batas muatan. Selain itu, tingkat kepadatan yang tinggi juga membuat bandara Soekarno-Hatta perlu segera diperluas.
"Mewujudkan terminal 3-4 sudah sangat mendesak dan kita sering nunggu kasus dulu baru serius, harusnya bikin perencanaan," kata Fahri di gedung DPR, Jakarta, Senin (6/7).
Fahri mengatakan, kebakaran di bandara mengirimkan sinyal yang tidak baik mengenai Indonesia ke seluruh dunia. Oleh karena itu, lanjutnya, sinyal buruk tersebut harus ditutupi dengan upaya renovasi yang serius dan menyeluruh terhadap sistem dan standar pengelolaan bandara yang modern. Selain itu, ia menambahkan, juga harus dilakukan audit keamanan yang komprehensif agar bandara Soekarno-Hatta bisa menonjol di dunia.
"Kita suka begitu, tunggu sudah kejadian, baru," ujarnya.
Politikus PKS itu mengatakan, selama ini, pengelolaan dan penanganan bandara terkesan dilakukan setengah hati. Hal tersebut, lanjutnya, terlihat dari tambal sulam yang dilakukan di bandara. Padahal, bandara merupakan wajah Indonesia di seluruh dunia.
"Tradisi tambal sulam tidak baik, karena di sini masih kuat, perlu ini tambal, perlu itu tambal, ini namanya bandara tambal sulam. Bandara harus permanen, bersih, kokoh," kata Fahri.
Lounge di terminal 2 E Bandara International Soekarno-Hatta terbakar Ahad (5/7) pagi. Kebakaran tersebut mengakibatkan 30 penerbangan baik domestik maupun mancanegara terkena dampak, yakni ditunda maupun dibatalkan.
Menurut catatan Komisi V, kebakaran juga pernah terjadi pada 14 Agustus 2014 di gerai makanan KFC di terminal 2. Sebelumnya, kebakaran juga terjadi pada 29 November 2008 di area kargo Bandara, tepatnya di sebuah restorsn masakan Padang yang berada di area parkir kargo bandara. Kebakaran diduga akibat kompor restoran yang meledak.