REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan periode awal musim penghujan tahun ini akan mundur dibanding dengan tahun-tahun sebelumya. Kasubdit Informasi BMKG Hari Tirto menjelaskan prediksi ini berdasarkan fenomena El Nino yang terjadi di Indonesia, akibat berkurangnya uap air di kawasan ini.
Risiko yang bisa terjadi, lanjut Tirto, adalah berkurangnya volume air tanah akibat kurangnya curah hujan, yang bisa berujung pada kekeringan. "Namun kami coba antisipasi ini. Kamu bersama dengan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kehutanan mencoba membuat langkah untuk antisipasi ini," jelas Tirto, Ahad (5/7).
Mengenai kapan kemarau panjang akan berakhir, Tirto mengaku belum bisa memberikan estimasi yang akurat. Hanya saja, puncak kemarau akan terjadi di bulan Juli hingga Agustus ini.
"Kapan selesainya? Kami masih monitor terus. Saat ini masih di bahas dalam proses normaliasi. Normalnya, awal musim hujan tiap daerah berbeda. Karena tiap daerah berbeda makanya tiap daerah awal musim hujan juga beda. Makanya kami masih monitoring el nino," ujarnya.
Lebih lanjut, Tirto mengatakan bahwa El Nino yang terjadi tahun ini berbeda dengan El Nino yang terjadi pada tahun 1997 lalu. Saat itu, El Nino berada pada level moderat hingga kuat. Sedangkan saat ini, lanjutnya, El Nino lada level normal hingga moderat.