REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengamat Militer Universitas Padjadjaran, Muradi, mengatakan Kepala Badan Intelijen Nasional (BIN) terpilih, Sutiyoso, harus membenahi manajemen SDM lembaga tersebut. Selama dua periode kepemimpinan sebelumnya, BIN dinilai belum bisa memaksimalkan kemampuan para anggotanya.
“Dibandingkan kandidat lain, Sutiyoso memang yang paling memungkinkan untuk memimpin BIN. Pengalamannya di dunia intelijen selama 34 tahun tidak perlu diragukan, Hanya saja, BIN ke depan tidak sekedar membutuhkan kemampuan, tetapi perlu pembenahan manajemen,” jelas Muradi ketika dihubungi ROL, Jumat (3/7).
Saat ini, kata dia, BIN memiliki cukup banyak SDM yang mumpuni. Mereka merupakan lulusan terbaik sejumlah akademi dengan beragam latar belakang keahlian di bidang intelijen.
“Selama dua periode, BIN punya problem leadership sehingga kurang bisa menempatkan SDM sesuai dengan proporsinya. Ke depannya, Sutiyoso harus bisa mengkoordinasikan pembagian kerja dengan kemampuan para anggota BIN,” tutur Muradi.
Selain pembenahan SDM, ada tiga hal lain yang disarankan kepada kepala BIN yang baru. Pertama, kepala BIN harus mampu menjaga sinergi antara intelijen militer dengan intelijen dari kalangan sipil.
Sebab, selama ini masih ada tumpang-tindih kepentingan antara kedua intelijen saat melaksanakan tugas. Kedua, kepala BIN mesti bisa mengatur anggaran untuk lembaga yang jumlahnya terbatas.
Keterbatasan dana yang diperoleh BIN, sebaiknya diatur secara proporsional agar kegiatan lembaga ini tidak terkendala. Ketiga, kepala BIN yang baru disarankan untuk bisa mensinergikan kinerja lembaga tersebut dengan lembaga dan kementerian terkait.
“Sinergi dengan lembaga dan kementerian terkait penting untuk memaksimalkan peran BIN di bidang pertahanan,” ujar Muradi.