REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama tengah mengadakan riset resistensi insektisida. Penelitian ini mengarah pada jentik-jentik nyamuk Aedes Aegypti penular demam berdarah.
Untuk keperluan tersebut Tjandra melakukan kunjungan ke rumah-rumah di Padang untuk sampel pertama. Berdasarkan temuan awal ke rumah-rumah warga, ditemukan rumah yang memiliki banyak bongkahan batu akik berpotensi menjadi sarang nyamuk DBD.
"Di sebagian rumah yang kami temui, ternyata ada kaleng, panci atau ember kecil yang dipakai merendam bongkahan batu akik. Di sebagian besar rendaman batu akik ini maka peneliti kami menemukan jentik nyamuk Aedes Aegypti yang dapat menularkan virus Dengue dan menyebabkan penyakit DBD," katanya dalam siaran pers yang diterima Republika, Jumat (3/7).
Menurutnya, saat ini peminat batu akik semakin meluas di Indonesia. Baik membeli batu yang sudah diasah jadi cincin ataupun masih dalam bentuk bongkahan batu yang. Tentu ini hal yang wajar, hanya saja, rendaman bongkahan bantu bisa berpotensi menjadi masalah bagi kesehatan.
Ia menghimbau agar warga tidak merendam bongkahan batu akik dalam air selama berhari-hari tanpa diganti airnya. Ia menemukan jentik nyamuk hidup subur di rendaman batu akik.
Apalagi proses perendaman ini memanh langkah penting agar terlihat urat-urat yang menjadi daya tarik pembelinya. Oleh karena itu, tidak dilarang perendaman batu akik di air. Namun air rendamannya harus diganti setiap hari.
"Jangan sampai "demam" batu akik kemudian malah menjadi penyebab terjadinya demam "beneran" akibat DBD," ujarnya.
Selain rendaman bongkahan batu akik, Kemenkes juga menemukan rumah yang terdeteksi nyamuk DBD karena beberapa bagian rumahnya banyak rendaman air atau bahkan hanya tetesan air baik di gelas ataupun ember. Berdasarkan temuan awal sekitar 30 - 50 persen rumah yang dikunjungi ternyata memang jentik nyamuknya. Ini tentu saja potensi penyebaran DBD menjadi besar.
Balitbangkes Kemenkes akan terus mengumpulkan temuan untuk mendukung riset yang akan dilakukan hingga akhir tahun. Balitbangkes akan mengumpulkan minimal 244.800 jentik nyamuk di seluruh Indonesia.
Nantinya hasil ini akan diperiksa di Laboratorium Balitbangkes dan akan dikembangbiakkan di beberapa kota di Indonesia untuk menjadi nyamuk dewasa.
Nyamuk-nyamuk ini nantinya akan diuji ketahanannya pasa lima jenis insektida yang biasa digunakan di Indonesia. Lewat hasil itu akan didapatkan insektisida mana yang esisten atau tidak digunakan lagi untuk pengendalian nyamuk di negara kita. Hasil akhir akan didapat pada akhir 2015 ini.