REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Tim Disaster Victim Identification Polri mulai mengalami kesulitan mengidentifikasi jenazah korban pesawat Hercules tipe C-130 yang jatuh di Jalan Letjen Djamin Ginting Medan Selasa pekan ini. Itu disebabkan kondisi tubuh yang sudah mulai tidak terlalu utuh dan sudah terlalu lama.
Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Kapusdokkes) Mabes Polri Brigjen Pol Athur Tampi di RSUP H Adam Malik Medan mengatakan pada hari pertama dan kedua, jenazah yang berada di RSUP Adam Malik tersebut masih mudah dikenali dengan cara identifikasi.
"Namun pada hari ketiga (Kamis, 2/7) mulai mengalami keterlambatan, karena jenazah yang mulai dalam keadaan hancur," ujar jenderal bintang satu itu,Kamis (2/7).
Ia menyebutkan, biasanya jenazah itu cepat dapat dikenal petugas DVI karena masih bisa dengan melihat sidik jari dan melalui gigi korban.
Namun, saat ini sidik jari dan bentuk gigi korban tidak jelas lagi. Kecuali, ada tanda-tanda di tubuh korban atau misalnya pernah menjalani operasi tulang yang patah karena ada pen yang dipasang. "Identifikasi itu hanya bisa dilakukan melalui tes DNA dengan keluarga korban," katanya.
Athur menambahkan, identifikasi itu merupakan tugas kemanusiaan yang dilakukan terhadap orang yang sudah meninggal dunia.
Sampai saat ini, Tim DVI Polri telah mengidentifikasi 63 orang korban Hercules dari jumlah 142 kantong jenazah yang telah dievakuasi ke RSUP Adam Malik. "Sisa puluhan jenazah lainnya, masih terus diidentifikasi hingga selesai. Tugas yang dilakukan ini harus hati-hati dan tidak boleh buru-buru," katanya.
Berdasarkan data manifes, jumlah penumpang Hercules 122 orang, terdiri dari 33 TNI AU, 6 TNI AD, dan 83 orang keluarga TNI.
Pesawat militer milik TNI AU itu jatuh di Jalan Letjen Djamin Ginting Medan, Selasa,(30/6) sekitar pukul 12.00 WIB, serta menimpa bangunan tempat pemandian tradisional dan dua bangunan rumah.