REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Wakil Ketua MPR, Hajriyanto Thohari mengatakan melakukan reshuffle kabinet merupakan sebuah pekerjaan yang berat bagi Presiden Joko Widodo.
Menurutnya dalam membuat keputusan untuk mengangkat menteri di awal pemerintahan saja, merupakan sesuatu yang cukup sulit. Apalagi dalam reshufle, tidak hanya memberhentikan, tetapi juga harus mengangkat pengganti yang benar-benar tepat.
"Itu kan tidak mudah. Sekarang dua pekerjaan, memberhentikan dan mengangkat, sangat tidak mudah, karena juga menyangkut dengan kepentingan orang-orang di lingkarannya," katanya, Rabu (1/7).
Politikus senior Partai Golkar itu mengatakan saat ini momentum untuk melakukan reshufle kabinet sudah hilang. Hal ini disebabkan oleh adanya bocoran-bocoran yang sudah muncul ke publik.
Ia menilai dengan adanya isu-isu mengenai reshufle terhadap menteri, justru membuat pemerintahan menjadi tidak stabil. Alasannya kata Hajriyanto karena menteri-menteri yang saat ini harusnya fokus bekerja malah diganggu apakah termasuk ke dalam daftar reshufle atau tidak.
"Situasi menjadi dalam ketidakpastian pun tinggi. Soalnya menteri was-was semua sekarang takut dicopot. Imbasnya kerjanya gundah gulana dan tidak kondusif lagi kerjanya," ujarnya.
Agar pemerintahan tetap stabil, Hajriyanto berharap agar Presiden Jokowi segera mengumumkan bahwa tidak akan ada reshufle terhadap menteri-menteri di kabinetnya. Ia percaya menteri-menteri yang ada saat ini adalah nama-nama yang kapabel di bidangnya.