REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat, TGH M Zainul Majdi, menetapkan siaga darurat kekeringan menyusul meluasnya daerah yang dilanda kesulitan air bersih akibat kemarau panjang di provinsi itu.
"Musim kemarau di daerah ini sudah mulai masuk fase kekeringan sejak bulan April. Kalau persoalan kekeringan ini tidak segera kita tangani tentu akan melebar ke yang lain," kata Zainul Majdi, Kamis (2/7).
Menurut dia, berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), jumlah wilayah yang terkena dampak kekeringan tersebar di 378 desa, 75 kecamatan dan sembilan kabupaten/kota, mulai dari kabupaten Lombok Barat, Lombok Utara, Lombok Tengah, Lombok Timur, Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, dan Kota Bima.
"Kalau melihat data tahun lalu, jumlah wilayah yang terkena kekeringan hanya 232 desa, 53 kecamatan, dan 3.000 hektare lahan harus mengalami gagal panen," jelasnya.
Dia menambahkan, selain bertambahnya daerah yang mengalami kekeringan, sebanyak 1,9 juta warga yang mendiami wilayah itu juga akan menghadapi kesulitan air bersih.
Karena itu, orang nomor satu di NTB ini menginstruksikan agar segera dibentuk satuan tugas dengan dikomandoi BPBD NTB didukung aparat TNI, Polri, pemerintah kabupaten/kota, dan unsur terkait agar bisa memberikan upaya maksimal mengatasi masalah ini.
"Diupayakan ada langkah cepat untuk mengantisipasi kekeringan ini. Provinsi sendiri menyiapkan 44 unit mobil tangki air untuk bisa dioperasional ke seluruh NTB," katanya.
Selain bantuan berupa air bersih melalui mobil-mobil tangki yang akan didistribusikan setiap hari, pihaknya juga akan memberikan bantuan lain, seperti paket makanan.
Sementara Kasi Data dan Informasi BMKG Selaparang BIL Wandayan Tolis mengatakan, kekeringan yang kini melanda wilayah NTB disebabkan adanya pengaruh El Nino, sehingga memberi dampak yang cukup kering, khususnya di wilayah Pulau Sumbawa dan Pulau Lombok.
Bahkan, untuk Kabupaten Bima hingga Kabupaten Sumbawa kekeringan ini sudah terjadi sejak Maret 2015. Sedangkan, pulau Lombok terjadi pada pertengahan Mei baru kelihatan kekeringannya.
"Ini bisa kita lihat dari tidak adanya hujan turun sampai 30 hari, bahkan di beberapa tempat hujan tidak turun sampai 60 hari," sebutnya.
Dia menjelaskan, BMKG sendiri memperkirakan musim kemarau di tahun ini merupakan yang terpanjang dibanding kemarau tahun 2014.