Kamis 02 Jul 2015 14:35 WIB
hercules jatuh

SMS Korban Hercules Jatuh, 'Alfian Pulang Kamis...'

Rep: Edy Setiyoko/ Red: Damanhuri Zuhri
Tuti (46 tahun) ibu dari Alm Anjar Dea Okisa putra dari Pelda Endang Sunarli. Tuti sedang memegang foto Alm Anjar korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh menghantam pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).
Foto: Reporter Republika, Fuji EP
Tuti (46 tahun) ibu dari Alm Anjar Dea Okisa putra dari Pelda Endang Sunarli. Tuti sedang memegang foto Alm Anjar korban kecelakaan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU yang jatuh menghantam pemukiman warga di Jalan Jamin Ginting, Medan, Selasa (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID, KLATEN -– Kabut duka masih menyelimut langit di atas Dusun Tiyasan, Desa Tanjungsari, Kecamatan Manisrenggo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, atas kepergian Prada Alfian Zilfikar (23).

Kematian Alfian akibat musibah kecelakaan jatuhnya pesawat Hercules C130 di Medan, Selasa (30/) lalu, mengagetkan warga kampung kelahirannya. Jalan menuju Dukuh Tiyasan, Desa Tanjungsari, juga tampak padat kendaraan, menuju rumah duka melayat menyampaikan rasa dukacita.

Sesok wes budaal ganti medan tanjung pinang pontianak buk. Muleh kamis buk.” Inilah pesan pendek terakhir yang diterima Sriningsih, ibu dari Prada Alfian Zulfikar (23) atau akrab disapa Alfian oleh pihak keluarga ini.

Alfian merupakan salah seorang korban jatuhnya pesawat Hercules C130 yang naas di Medan. Almarhum bertugas sebagai teknisi di Squadron Angkut 32 TNI AU Abdul Rahman Saleh, Malang. Ia baru tiga tahun bertugas sebagai prajurit TNI AU.

Keluarga korban menunggu kedatangan jenazah sejak Rabu (1/7). Pemakaman dijadwalkan Kamis (2/7). Begitu jenazah datang, disemayamkan beberapa saat di rumah duka. Selanjutnya, dimakamamkan secara militer di pemakaman umum Dukuh Tiyasan, Desa Tanjungsari.

Sriningsih, ibunda almarhum, tampak tabah. Tubuhnya mulai kelihatan layu. Sebentar-sebentar mengusap air mata yang meleleh, begitu menerima pelayat. Foto ukuran 30 X 30 dipeluk erat, kadang diusap dengan tangan basah oleh air mata.

Sriningsih tak memperoleh firasat apa pun sebelum musibah menimpa putra kesayangannya. Malah, menerima kiriman pesan singkat yang menceritakan seputar jadwal tugas dinas. SMS terakhir diterima Senin (29/) pukul 20.00 WIB, atau sehari sebelum musibah.

Sewaktu kirim SMS, tutur Sriningsih, Alfian berada di Jakarta. Dikabarkan malam itu, esok harinya hendak terbang ke Medan. Entah mengapa kabar SMS itu berlangsung sepihak. Waktu Alfian kirim SMS, tak dijawab. Sriningsih sudah mengantuk, telanjur tertidur, sehabis menunaikan Salat Tarawih dan tadarus di masjid.

Ini SMS terakhir. ''Sesok wes budal ganti Medan, Tanjung pinang pontianak buk. Muleh kamis buk (Besok sudah berangkat Medan, Tanjungpinang Pontianak). Pulang Kamis Bu.''  SMS pulang Kamis itu, ternyata kepulangan Alfian ke rumah sudah almarhum. Sriningsih kurang tanggap. Kabar pulang Kamis membawa duka mendalam.

Ternyata ini SMS terakhir bagi Sriningsih. Almarhum mengabarkan hendak terbang ke Medan. Belum sempat melanjutkan perjalanan ke Tanjungpinang, Pontianak, pesawat mengalami nahas di Medan.

Masih menurut penuturan Sriningsih, Alfian pulang terakhir sebelum puasa, Juni lalu. Ia ke rumah bersama rekan-rekannya. Berada di rumah hanya selama dua jam. Setelah itu, ia dan kawan-kawan ke Yogjakarta. ''Katanya ada tugas,'' tuturnya.

Sriningsih legawa. Ia mengaku sudah merelakan kepergian Alfian. Menurut dia, kepergian Alfian ini sudah suratan takdir. Sudah digariskan dan ditentukan Allah SWT.

''Ditangisi sampai air mata kering sekalipun, tak bakal hidup kembali. Anak saya meninggal pada saat menjalankan tugas negara. Saya sudah merelakan kepergiannya,'' tutur Sriningsih.

Pun, Ayah kandung Alfian, Mujiono (54) tampak tabah. Tegar menghadapi kenyataan, anaknya menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Hercules C130 di Medan. Mujiono mengetahui kabar pertama justru dari tayangan berita di televisi. ''Saya mengetahui anak saya menjadi salah satu korban jatuhnya pesawat Hercules dari siaran televisi''.

Menurut Mujiono, almarhum memang jarang terbang. Sebab, dia berdinas sebagai teknisi di Squadron Angkut 32 TNI AU Abdul Rahman Saleh di Malang, Jawa Timur.

Semasa hidup, almarhum bercerita sangat akrab dengan pesawat Hercules. Menurut cerita anaknya, ia bersama teman-teman di squadron bertugas merawat dan memperbaiki pesawat Hercules bila terjadi kerusakan.

Tapi, tidak banyak cerita teknis bagaimana. Alfian hanya menjelaskan, pesawat Hercules digunakan untuk mengangkut barang. Selain itu, diceritakan juga bahwa oli pesawat sangat keras atau sensitif, bila mengenai kulit.

Mujiono berharap prosesi pemakaman anaknya berjalan dengan baik. ''Saya hanya ingin, anak saya dimakamkan di tempat kelahirannya. Semoga almarhum dapat pergi dengan tenang di sisi Allah. Khusnul qatimah. Amien,'' tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement