REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Musim kemarau menjadi ancaman bagi ketahanan pangan di Jabar. Pasalnya, ribuan hektare sawah akan terdampak kekeringan. Bila sawahnya kering, maka produktivitas pertanian menurun drastis. Untuk itu, diperlukan upaya dari pemerintah guna mengantisipasi kekeringan ini. Salah satunya, dengan menggelar solat minta hujan (Istisqo).
Pernyataan solat minta hujan itu, disuarakan langsung oleh Gubernur Jabar Ahmad Heryawan. Aher begitu sapaan akrabnya, mengatakan, tak ada siapapun yang bisa menahan datangnya musim kemarau. Karena ini, sudah menjadi ketentuan Allah SWT. Sehingga, bila saat kemarau terjadi kekeringan di sejumlah wilayah, hal itu tidaklah aneh.
"Jangan pesimis menghadapi kekeringan," ujarnya, disela-sela acara Safari Ramadhan di Masjid Agung Purwakarta, Senin malam (29/6).
Kalaupun nanti dipuncak musim kering, kondisinya memrihatinkan pihaknya akan mengajak seluruh warga Jabar untuk menggelar solat Istisqo. Karena dengan cara ini, diyakini bisa jadi solusi terbaik untuk mengatasi kekeringan.
Menurut Heryawan, selain menggelar solat minta hujan, pihaknya juga sudah menyiapkan bantuan untuk mengantisipasi kekeringan. Salah satunya, dengan menyediakan bantuan pompa air. Serta, mengalokasikan anggaran untuk memerbaiki jaringan irigasi yang rusak.
"Untuk jumlah pompa dan anggaran perbaikan irigasi, saya tidak hafal angkanya," ujar Heryawan. Namun yang pasti, Pemprov Jabar tidak akan tinggal diam menghadapi musim kemarau ini. Apalagi, Jabar memiliki areal sawah yang sangat luas. Karena itu, Jabar dijuluki daerah lumbung padi nasional.
Dua tahun terakhir ini, lanjut Aher, pihaknya akan memokuskan pada perbaikan jaringan irigasi. Apalagi, jaringan irigasi di Jabar ini mayoritas dalam kondisi rusak parah. Karenanya perlu penanganan khusus.
Sementara Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, mewaspadai 40 desa yang rawan krisis air bersih. Selain rawan krisis air bersih, 40 desa ini juga rawan krisis bahan pangan. Sebab, ada hubungan antara kekurangan air dengan ketahanan pangan.
"Kalau wilayah ini tak ada air, maka pertanian juga terancam kekeringan. Bila sudah begitu, desa tersebut rawan krisis bahan pangan," ujarnya.