Selasa 30 Jun 2015 13:52 WIB

Konsumsi Ikan Rendah, IQ Indonesia di Bawah Asean

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Winda Destiana Putri
Konsumsi makan ikan Indonesia rendah
Foto: Google
Konsumsi makan ikan Indonesia rendah

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih rendah yakni hanya 35 kilogram per kapita. Kondisi ini, menyebabkan rendahnya IQ masyarakat Indonesia dibanding negara Asia Tenggara lainnya.

Menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan Sadullah Muhdi, IQ rata-rata warga Indonesia masih dibawah rata-rata negara Asean. IQ rata-rata Indonesia, hanya sama dengan Laos dan Kamboja.

"(Negara Asean) yang lainnya di atas semua," ujar Sadullah kepada wartawan usai menghadiri pengukuhan Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Jawa Barat, di Gedung Sate, Bandung, Selasa (30/6).

Menurut Muhdi, selain tercermin dari tingkat kecerdasan, rendahnya konsumsi ikan warga Indonesia pun terlihat dari rata-rata tinggi badan masyarakat Indonesia yang tidak tinggi. "Selain (berpengaruh ke) IQ (konsumsi ikan) memang memengaruhi ke tinggi badan," katanya.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya pun terus berupaya meningkatkan konsumsi masyarakat terhadap ikan. Ia, akan lebih menggerakkan lagi berbagai program.

Sebenarnya, kata dia, ketersediaan ikan bukan menjadi faktor rendahnya konsumsi ikan. Karena, produksi ikan nasional cukup bagus terlebih mengingat luasnya wilayah perairan.

"Jadi sebenarnya dari segi ketersediaannya sudah bagus," katanya.

Terlebih, kata dia, saat ini pemerintah sedang berupaya untuk menertibkan pengelolaan sektor produksi ikan. Misi Menteri (KKP) sekarang, adalah kedaulatan keberlanjutan untuk kesejahteraan.

Sebagai contoh, kata dia, pemerintah sudah mengatur penangkapan ikan yang hanya dibolehkan untuk pengusaha Indonesia saja. Asing, hanya boleh masuk di sektor perikanan dari sisi industri.

"Artinya, nanti ke depan jaminan ketersediaan ikan itu akan makin banyak dan terutama ditujukan untuk konsumsi kita dulu, mencukupi kita dulu," katanya.

Selain itu, kata dia, saat ini pihaknya pun tengah mengembangkan sistem logistik ikan nasional (SLIN) yang diatur dalam Undang-Undang Kelautan 32. "Selama ini kelemahan kita itu mismatch antara sistem produksi dengan sistem industri dan pasar," katanya.

Sistem produksi ikan Tanah Air, kata dia, orientasinya masih kecil. Yakni, nelayan kecil-kecil, dengan budi daya kecil berserakan dan beragam dimana-mana. "Sedangkan industri dan pasar menghendaki keteraturan keseragaman," katanya.

Sementara menurut Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, pihaknya akan berupaya meningkatkan konsumsi ikan di Jabar. Salah satunya, melalui Forum Peningkatan Konsumsi Ikan Jawa Barat yang di dalamnya terdapat unsur masyarakat dan pengusaha hotel dan restoran.

Heryawan mengatakan, konsumsi warga ikan warga Jabar sendiri sama dengan konsumsi nasional yakni 35 kilogram per kapita. Jumlah tersebut masih kurang mengingat rendahnya kesadaran warga akan pentingnya konsumsi ikan.

Heryawan pun menargetkan jumlah konsumsi ikan warga Jabar meningkat menjadi 55 kilogram per kapita. "Ini masih rendah, Malaysia sudah 55 kilogram (per kapita). Harapannya tentu masyarakat sadar akan pentingnya ikan," katanya.

Heryawan berharap, dengan adanya forum tersebut, dapat dilakukan berbagai cara sosialisasi yang lebih efektif. Sehingga, mampu meningkatkan konsumsi warga terhadap ikan. "Jika biasanya programnya (sosialisasi) konvensional, sekarang menggunakan forum. Dalam rangka akselerasi (peningkatan konsumsi ikan) ini," kata Heryawan.

Selain melalui forum itu, kata Heryawan, Ia menginstruksikan organisasi perangkat daerah di bawahnya agar menerapkan pola baru dalam menyiapkan makan dan minum kedinasan. "Jika selama ini dalam perasmanan (urutan makanannya) nasi dulu terus ikan, sekarang (urutannya dibalik, ikan dulu, sayur, baru nasi. Jadi nasinya sedikit," katanya.

Heryawan pun meminta pihak penyedia makanan untuk memperbanyak menu ikan. Karena, ikan memiliki kandungan gizi yang sangat dibutuhkan manusia. Kandungan protein dalam ikan, sangat baik untuk kesehatan tulang, otot, dan otak.

Selain bagus untuk kesehatan, Heryawan menilai, konsumsi ikan pun harus ditingkatkan. Karena, hewan tersebut mudah dalam pengembangbiakannya. Tidak hanya itu, harga ikan pun relatif lebih terjangkau dibanding ayam dan sapi.

Sebagai contoh, kata Heryawan, pengembangbiakan ikan mas lebih mudah. Terutama setelah ditemukannya berbagai teknik dan inovasi terkait itu. "Kalau di lab balai perikanan, pakai alat, satu ekor ikan mas bisa bertelur 100 ribu. Kurang lebih 90 ribunya bisa netas," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement