REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI -- Keberadaan energi panas bumi di Indonesia baru termanfaatkan sekitar empat persen. Padahal, potensi panas bumi Indonesia paling besar di dunia.
‘’Dari potensi sebesar 29.000 MW, Indonesia baru memanfaatkan 1.400 MW atau empat persen,’’ ujar pakar energi panas bumi dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Ali Ashat kepada wartawan Senin (30/6) petang. Hal ini disampaikan di acara diskusi menjelang berbuka puasa yang digelar Chevron Geothermal Salak Ltd (CGS) di Hotel Maxone Kota Sukabumi.
Menurut Ashat, potensi energi panas bumi tersebar di sejumlah pulau. Di antaranya Sumatera, Jawa, Kalimantan, Bali-Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Di mana potensi terbesar berada di Pulau Sumatera mencapai 12.837 MW dan yang terpasang atau termanfaatkan baru 122 MW.
Ashat mengatakan, bila dibandingkan dengan negara lain pemanfaatan energi panas bumi Indonesia masih kalah jauh. Contohnya Filipina yang telah memanfaatkan potensi panas buminya sekitar 33 persen. Negara tersebut memanfaatkan energi panas bumi cukup besar karena tidak mempunyai alternatif energi lain. Pasalnya, sumber energy lain seperti Batubara di impor oleh Filipina.
Diakui Ashat, pengembangan panas bumi di Indonesia menemui sejumlah tantangan. Di antaranya terkait kekurangjelasan framework kebijakan negara, tumpang tindih kewenangan antar lembaga pemerintah, dan persepsi negative dari publik yang dianggap mengesampingkan aspek sosial dan lingkungan.
Ke depan lanjut Ashat, pengembangan energi panas bumi ini harus dipercepat. Selain itu mengurangi resiko eksplorasi dan resiko lain pada saat pengembangan. Upaya lainnya dengan mendorong institusi keuangan mendukung energi terbarukan termasuk geothermal.